Sisi Lain Metropolitan

Melihat Potret Hidup Pinggiran Rel Kereta Manggarai: Tidur Berdinding Plastik hingga Tanpa Listrik

Potret kehidupan miskin warga hadir telanjang di pinggir jalur rel kereta api baru double-double track (ddt) Manggarai - Bekasi.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Septiana
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Potret kehidupan keluarga Waluyo di pinggiran rel kereta api Manggarai di Jakarta pada Jumat (12/3/2021). 

Di dekat bedeng itu beragam rupa sampah plastik mulai dari botol mineral, kardus dan plastik berserakan.

Terlihat seseorang tertidur di dalamnya. Kedua kaki orang itu sampai terlihat dari depan bedeng. 

Sedangkan di atas jalur rel lama Manggarai -Bekasi, terlihat seorang ibu dan keempat anaknya yang masih kecil sedang menikmati senja.

Potret kehidupan keluarga Waluyo di pinggiran rel kereta api Manggarai di Jakarta pada Jumat (12/3/2021).
Potret kehidupan keluarga Waluyo di pinggiran rel kereta api Manggarai di Jakarta pada Jumat (12/3/2021). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Mereka ialah keluarga Waluyo yang sedang duduk beralaskan kasur di tengah hamparan kerikil.

Bagi mereka, menikmati senja di pinggir rel kereta merupakan sebuah hiburan gratis.

Sa'anih, istri dari Waluyo bercerita bahwa keluarga mereka merupakan perantau dari Boyolali, Jawa Tengah.

Waluyo bekerja sebagai kuli serabutan. Penghasilannya pun pas-pasan.

Penampakan bedeng pemulung berbahan plastik hitam di bawah kolong jembatan rel ddt Manggarai - Bekasi pada Jumat (13/3/2021).
Penampakan bedeng pemulung berbahan plastik hitam di bawah kolong jembatan rel ddt Manggarai - Bekasi pada Jumat (13/3/2021). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Ketika ada proyek pembangunan jalur ddt, keluarga Waluyo terkena gusuran.

Baca juga: Hati-hati Para Wanita, Ini 9 Alasan Pria Melakukan Perselingkuhan: Kecanduan hingga Balas Dendam

Tak ada tempat tinggal, mereka kemudian pindah tak jauh dari lahan bekas gusuran.

Waluyo ditawari warga tinggal di bedeng reot yang terletak di pinggir rel. Dinding rumah mereka diakali dengan deretan kusen kayu kusam.

"Sudah lima bulan ini kita tinggal di pinggir rel," ujar Sa'anih.

Hidup Sa'anih dan Waluyo bisa dibilang jauh dari kata cukup. Mereka hidup di bedeng seadanya tanpa listrik. Bedeng itu terletak di tengah semak-semak belukar.

"Di sini enggak ada lampu, di rumah pakai lillin," ujarnya.

Potret kehidupan keluarga Waluyo di pinggiran rel kereta api Manggarai di Jakarta pada Jumat (12/3/2021).
Potret kehidupan keluarga Waluyo di pinggiran rel kereta api Manggarai di Jakarta pada Jumat (12/3/2021). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Dapur dan kamar mandi pun tak ada. Sa'anih mengaku jarang masak. Bila lapar, ia membeli makanan untuk anak-anaknya di warung.

Sehari-hari, Sa'anih dan keempat anaknya jarang keluar. Biasanya ia keluar bila anaknya ingin bermain odong-odong di jalan. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved