Sisi Lain Metropolitan
Melihat Potret Hidup Pinggiran Rel Kereta Manggarai: Tidur Berdinding Plastik hingga Tanpa Listrik
Potret kehidupan miskin warga hadir telanjang di pinggir jalur rel kereta api baru double-double track (ddt) Manggarai - Bekasi.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Septiana
Di dekat bedeng itu beragam rupa sampah plastik mulai dari botol mineral, kardus dan plastik berserakan.
Terlihat seseorang tertidur di dalamnya. Kedua kaki orang itu sampai terlihat dari depan bedeng.
Sedangkan di atas jalur rel lama Manggarai -Bekasi, terlihat seorang ibu dan keempat anaknya yang masih kecil sedang menikmati senja.

Mereka ialah keluarga Waluyo yang sedang duduk beralaskan kasur di tengah hamparan kerikil.
Bagi mereka, menikmati senja di pinggir rel kereta merupakan sebuah hiburan gratis.
Sa'anih, istri dari Waluyo bercerita bahwa keluarga mereka merupakan perantau dari Boyolali, Jawa Tengah.
Waluyo bekerja sebagai kuli serabutan. Penghasilannya pun pas-pasan.

Ketika ada proyek pembangunan jalur ddt, keluarga Waluyo terkena gusuran.
Baca juga: Hati-hati Para Wanita, Ini 9 Alasan Pria Melakukan Perselingkuhan: Kecanduan hingga Balas Dendam
Tak ada tempat tinggal, mereka kemudian pindah tak jauh dari lahan bekas gusuran.
Waluyo ditawari warga tinggal di bedeng reot yang terletak di pinggir rel. Dinding rumah mereka diakali dengan deretan kusen kayu kusam.
"Sudah lima bulan ini kita tinggal di pinggir rel," ujar Sa'anih.
Hidup Sa'anih dan Waluyo bisa dibilang jauh dari kata cukup. Mereka hidup di bedeng seadanya tanpa listrik. Bedeng itu terletak di tengah semak-semak belukar.
"Di sini enggak ada lampu, di rumah pakai lillin," ujarnya.

Dapur dan kamar mandi pun tak ada. Sa'anih mengaku jarang masak. Bila lapar, ia membeli makanan untuk anak-anaknya di warung.
Sehari-hari, Sa'anih dan keempat anaknya jarang keluar. Biasanya ia keluar bila anaknya ingin bermain odong-odong di jalan.