Food Story
Asam Manis Bubur Bang Keder di Cipulir: Ditaburi Teri, Tempe, Taoge dan Disiram Kuah Asinan
merasakan bubur betawi, coba sekali-kali datang ke Gang Asinan Bang Keder di Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
Sembari menunggu semangkuk bubur, mata saya sudah melirik ke deretan wadah berisi gorengan yang tersaji di depan. Ada combro, pastel dan tahu isi.
Sebagai pencinta gorengan, tangan pun refleks mencomot tumpukan combro berwarna golden brown yang baru digoreng itu.
Sebelum membahas bubur, combro atau comronya patut dicoba lantaran enak.
Tekstur combronya garing dan renyah di luar, tetapi empuk di dalam.
Kala digigit, aroma oncomnya tercium sedap. Rasanya terasa gurih dan agak sedikit pedas. Tak heran combronya disukai banyak pembeli.

Setiap pembeli yang memesan bubur atau asinan untuk dibungkus, mereka juga memesan combronya. Ada yang pesan 5 sampai 10 combro, bahkan lebih.
Abdulrahman (58), anak pertama dari bang Keder, yang ditugasi memasak combro di warung itu, mondar-mandir membawa combro yang baru matang dari dalam rumahnya.
Pesanan combronya pun tak kalah banyak dari bubur dan asinannya. Bahkan, ada pembeli yang datang hanya untuk memesan combro dalam jumlah banyak.
Menurut Ido, panggilannya, combro di sini disukai karena pengolahannya dilakukan secara alami.
Untuk membuat adonan, singkong diparut pakai tangan bukan dengan mesin.
Sedangkan untuk isiannya, Ido mengisi dengan oncom, daun bawang dan cabai.
"Singkongnya kita parut pakai tangan, bukan parut di mesin. Kalau di mesin rasanya kurang enak," ujarnya.
Setelah menandaskan sebiji combro, tangan seakan tergeser ke wadah tahu isi taoge.
Kalau tidak ditahan, tangan seakan ingin terus mencomoti gorengan yang teronggok di depan mata.

Bisa-bisa sudah kenyang duluan sebelum menyantap bubur betawi.