Sisi Lain Metropolitan
Cerita 2 Wanita Pembersih Makam di TPU Menteng Pulo Jelang Puasa: Cari Tambahan Rezeki Bantu Suami
Pemandangan tak biasa itu dimanfaatkan oleh Siti Romlah (38) dan Sri (43) untuk mengais rezeki sebagai pembersih makam musiman.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Septiana
Pada tahun 2019, Lutfi berhasil lulus S1 jurusan Hukum di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung berkat hasil keringat ayahnya itu.
Gino mengatakan ia mengeluarkan kurang lebih Rp 7 juta setiap tahun untuk biaya hidup anaknya itu di Bandung.
Selepas lulus, Lutfi sempat diterima kerja di luar kota, tetapi Gino tak setuju. Ia menyarankan Lutfi untuk mencari kerja di Jakarta saja.
Akan tetapi, anaknya belum mendapatkan kerja karena terhalang situasi pandemi.

Sa'wanah, yang saat itu sedang menemani suaminya bekerja, menambahkan Gino tak ingin anaknya itu bekerja terlalu jauh.
Untuk mengisi kekosongan waktu, anaknya aktif mengikuti kegiatan di Karang Taruna.
Lutfi sempat menjadi petugas sensus penduduk di permukiman sembari mencari kerja.
"Dia aktif di karang taruna dekat rumah. Sempat jadi petugas untuk mendata warga," ungkapnya.
Anaknya juga memilki cita-cita lain. Lutfi berniat meneruskan kuliah S2 Hukum untuk menjadi notaris. Namun, ia tersandung oleh biaya yang cukup mahal.
"Dia mau S2 juga, pengen jadi notaris katanya sih begitu, dia kerja sembari kuliah" lanjutnya.
Gino ingin mewujudkan cita-cita anaknya itu.
Saat ditanya tentang pendapatannya, ia menjawab bahwa sedang mengumpulkan uang untuk kuliah anaknya itu.
"Di Bandung dia sudah lulus S1. Sudah sarjana hukum, sekarang mau S2. Mau naik ke S2 ini mogok makanya saya tunda," ucap Gino.

Sa'wanah memiliki alasan anaknya harus menempuh pendidikan bangku kuliah. Sebab, zaman dulu dengan saat ini jauh berbeda.
"Jaman dulu enggak harus pendidikan tinggi. Dulu enggak tinggi bisa jadi pegawai bank. Sekarang harus S1," ungkapnya.
Gigih dan Dibayar seikhlasnya
Gino tak pernah mematok tarif jasa kepada ahli waris. Berapapun yang diberikan mereka diterima Gino dengan ikhlas.
Bahkan, Gino ikhlas ketika ahli waris yang kelihatan mampu, tetapi hanya membayar Rp 30 ribu per tahun untuk biaya perawatan makam.
Karena itu barangkali yang membuat banyak ahli waris memintanya untuk mengurus makam.
"Saya sih enggak pernah patokin. Seikhlasnya aja," ujarnya.
Padahal, banyak penjaga makam yang memasang tarif untuk mengurusi makam.
Keikhlasannya itu malah berbuah cibiran oleh temannya.
"Ah lo Rp 10 ribu doang malah lo ambil," ucap Gino menirukan suara cibiran itu.
Namun, ia tak mengambil pusing cibiran itu. Malahan, uang seikhlasnya itu sedikit demi sedikit terkumpul dan bisa menyekolahkan anaknya sampai kuliah.
"Alhamdulilah berkah. Buktinya di sini yang dapet gede-gede uangnya, anaknya enggak disekolahin. Mereka sayang dapet duit, buat foya-foya main cewek. Kalau saya dapat uang buat pendidikan anak," ceritanya.
Baca juga: Cerita Tukang Gali Kubur di TPU Perwira Bekasi, Pernah Digigit Ular Kobra hingga Tangan Membusuk
Sa'wanah mengatakan suaminya itu merupakan orang yang gigih. Meski sudah sepuh, ia tetap ingin bekerja.
"Dia orangnya gigih, kalau disuruh diam enggak mau," lanjutnya.
Dari hasil bersih-bersih makam, Gino dan Sa'wanah ingin anaknya bisa terangkat derajatnya lewat pendidikan.
"Punya anak (lima), jadi lah setidaknya satu," pungkas Sa'wanah.