Ramadan Story

Akhir Ramadan, Sambal Goreng Hati dan Opor Ayam Buatan Ibu Jadi Menu Wajib Kapolsek Cakung

Sambal goreng hati dan opor ayam buatan ibu jadi menu wajib Kapolsek Cakung, Kompol Satria Darma di akhir ramadan

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Erik Sinaga
TribunJakarta/Bima Putra
Kapolsek Cakung Kompol Satria Darma saat memberi keterangan di Mapolsek Cakung, Jakarta Timur, Senin (23/11/2020) 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, CAKUNG - Sambal goreng hati dan opor ayam buatan ibu jadi menu wajib Kapolsek Cakung, Kompol Satria Darma di akhir ramadan atau jelang lebaran.

Masakan ibu memang seperti candu. Meski sudah menjadi kepala keluarga dan memiliki tiga orang anak, Kompol Satria selalu merindukan masakan ibunya.

Tinggal di kota yang sama, membuatnya kerap mengunjungi ibunya dan masih menikmati masakan ibunya.

Walaupun masakan istrinya, Minda Septiana tak kalah enak, namun jelang Idul Fitri ia selalu memasukkan sambal goreng hati dan opor ayam buatan ibu sebagai menu makanan wajib.

"Alhamdulillah ibu saya masih sehat. Kebiasaan saya ketika ramadan terkait makanan itu justru menu buatan ibu yang wajib ada. Jadi pas jelang lebaran sambal goreng hati dan opor ayam buatan ibu pasti ada di rumah saya," jelasnya kepada TribunJakarta.com, Sabtu (24/4/2021).

Mengetahui hal ini, Minda pun berinisiatif mengunjungi rumah orang tua Satria.
Kedatangannya tentu saja untuk memasak bersama ibu Satria.

"Tiap lebaran ya makanan buatan orang tua itu yang jadi kebiasaan. Itu sampai sekarang. Alhamdulillah tinggalnya masih satu kota, biasanya istri saya yang ke sana untuk masak ramai-ramai. Nah itu dibawa ke rumah," jelasnya.

Jalani puasa penuh sejak kecil

Membahas soal menu wajib di akhir ramadan, Satria turut membagikan pengalaman puasanya sewaktu kecil.

Sebagai anak sulung dari tiga bersaudara, Kompol Satria dituntut memberikan contoh yang baik untuk adik-adiknya.

Begitu juga dengan puasa. Ia memberikan contoh kepada dua adiknya untuk tak membatalkan puasa meskipun banyak cobaan yang datang.

Oleh sebab itu, orang tuanya memiliki trik dan cara sendiri untuk mendukung usaha anak-anaknya berpuasa full atau penuh.

Kepada TribunJakarta.com, bapak tiga anak ini mengatakan selama puasa atau ramadan tiba, ibunya selalu memasak menjelang magrib.

Ketiga anaknya yang lelaki semakin memuluskan triknya yang hanya memasak menjelang buka puasa.

"Paling berkesan kalau bulan puasa, ibu saya masaknya selalu sore banget. Jadi susah untuk batal puasa. Itu salah satu trik dia, membiasakan anak-anaknya supaya puasanya full," jelasnya.

Sehingga tak ada alasannya untuk membatalkan puasa, lantaran masakan ibu adalah masakan favoritnya.

Begitu juga dengan adik-adiknya, terbiasa makan ketika sahur dan buka puasa, mereka selalu menunggu masakan ibu ketika adzan magrib tiba.

Trik lainnya

Tak hanya satu trik yang berujung kebiasaan, rupanya masih ada trik lainnya yang dirasa Satria bisa menjadi contoh untuk para orang tua.
Meskipun trik ini diterapkan orang tuanya sedari ia kecil, namun ia ingin menerapkannya untuk ketiga anaknya kelak.

Mengingat anak-anaknya yang masih kecil, membuatnya harus menunda sementara penerapan trik ini.

Lalu apa trik lainnya?

Satria mengatakan trik utama yang dilakukan ibunya yakni mengosongkan isi kulkas selama bulan puasa.

Mengosongkan isi kulkas dari makanan ringan maupun lauk siap masak seperti biasanya.

"Tiap bulan puasa, kulkas di rumah juga kosong. Biasanya kita bisa masak misalnya seperti ayam, tapi saat ramadan, itu tidak ada di kulkas," ungkapnya.

Jangankan makanan, ibunya pun tak akan menaruh air dingin di kulkas.

Mengetahui kebiasaan anak-anaknya usai pulang main selalu membuka kulkas dan mencari air dingin, ia memanfaatkan situasi ini agar anak-anaknya menahan rasa haus.

Terlebih, sejumlah anak-anak memang kerap iseng membuka kulkas.

"Sebab dia tahu anak-anaknya habis main anaknya suka buka kulkas. Itupun kalau kita buka kulkas enggak ada apa-apa. Intinya susah untuk batal di rumah. Jadi terbiasa untuk tidak membatalkan puasa," jelasnya.

Pengalaman ini semakin membuatnya mantap untuk mengenalkan metode dan trik ini kepada keturunannya.

"Iya mungkin akan saya terapkan, saya rasa begitu. Ketika mereka memasuki usia bisa puasa, pasti akan saya terapkan seperti itu kepada anak-anak saya," ucapnya.

Tak pernah batalkan puasa dan remaja masjid
Pembiasaan yang diterapkan oleh orang tuanya nyatanya menjadikan Satria sebagai sosok yang kuat.

Termasuk kuat terhadap godaan teman sepantarannya yang mengajaknya untuk membatalkan puasa.

Yap, kecuali sakit, selama ini Satria tidak pernah membatalkan puasanya.

"Karena sudah biasa tidak batal. Makanya tidak batal untuk tergoda dengan makanan kecuali misalnya seperti sakit, baru saya bisa batal puasa," tuturnya.

Keteguhannya berpuasa juga didukung dari lingkup pergaulannya.

Baca juga: Sudah Lebih dari 72 Jam, Bagaimana Kondisi Oksigen di Dalam KRI Nanggala 402? Ini Kata Kadispenal

Baca juga: Kedalaman Jatuhnya Kapal Selam KRI Nanggala 402 di Bali, Serupa Ketinggian Burj Khalifa

Baca juga: Pemerintah Sulap Hotel Holiday Inn Tamansari Jadi Lokasi Karantina Warga India

Selain aturan yang ketat dari orang tuanya, Satria juga merupakan seorang remaja masjid.
Rumah yang berdekatan dengan masjid, bahkan berhadapan dengan masjid membuatnya terlibat dalam kegiatan remaja masjid.

Banyaknya bekal ilmu agama yang didapat, membuatnya tahu resiko ketika seorang lelaki membatalkan puasanya.

"Kebetulan rumah saya berdekatan dengan masjid. Selain menjadi remaja masjid, jadi rumah tempat nongkrong teman-teman sebelum ke masjid. Alhamdulillah aktif di lingkungan juga. Jadi selama ini memang tidak mau membatalkan puasa kalau bukan karena sakit," tandasnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved