Kisah Opa Koesno Sempat Berikan Kuda Peliharaannya kepada Jenderal Sudirman saat Perang Gerilya
Ia mengenang, opa Koesno sempat memberikan seekor kuda kesayangannya kepada Jenderal Sudirman di masa perang.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, CIMANGGIS - Cucu Mantan Pengawal Bung Karno, Roland Anzio (40) bercerita saat opanya, Raden Koesno berjuang mempertahankan kemerdekaan bersama Jenderal Sudirman.
Menurutnya, sang opa sudah ikut berperang sejak tahun 1942 di bawah pasukan Jenderal Sudirman.
Ia mengenang, opa Koesno sempat memberikan seekor kuda kesayangannya kepada Jenderal Sudirman di masa perang.
Kuda berwarna hitam itu merupakan kuda peliharaan opa Koesno yang sudah dirawatnya sejak kecil.
"Kudanya itu nurut sekali dengan Opa. Makannya kuda itu roti kata Opa bilang kepada saya," ceritanya kepada TribunJakarta.com pada Senin (31/5/2021).
Roland sempat mengajak menemui istri Opa Koesno, Elizabeth (93) yang kini tengah terbaring lemah di kasur.
Ia sempat menanyakan Oma Koesno, sapaan Elizabeth, tentang kuda kesayangan suaminya itu.
Oma Koesno pun masih ingat kuda kesayangan mendiang suaminya.
"Kudanya opa yang dipakai oleh Jenderal Sudirman namanya siapa, oma?" tanya Roland.
"Miki, itu kudanya Opa. Dia yang beli," jawab Oma Koesno dengan nada pelan.
Di masa perang, kuda milik Opa Koesno akhirnya diberikan kepada Jenderal Sudirman.
"Karena saat itu pak Jendral Soedirman sudah mulai sakit-sakitan saat gerilya keluar masuk hutan," pungkasnya.
Masa tua Istri Opa Koesno
Istri dari mendiang pengawal presiden Bung Karno, Elizabeth kini tertatih-tatih untuk bertahan hidup.
Selain berjuang melawan rasa sakit di bagian punggung, perempuan paruh baya ini juga mengalami nasib malang lantaran harus berpindah - pindah tempat tinggal di masa senjanya.
Di atas kasur, Oma Koesno, sapaan Elizabeth (93) terbaring lemah pada Minggu (30/5/2021) sore.
Punggungnya bersandar pada dinding kamar tidur. Ia tak terlalu banyak bergerak.
Ia lebih sering termenung, tatapan matanya kosong.
Pendengarannya juga sudah tak lagi tajam.
Cucunya, Roland Anziano (40) harus berkata dengan nada tinggi kepada si nenek setiap kali berbicara.
Elizabeth merupakan istri dari Serma CPM Raden Koesno.
Mendiang Opa Koesno, sapaannya, ialah mantan pengawal presiden Bung Karno kala itu.
Belakangan, berita terkait nenek Elizabeth mengundang rasa simpati dan empati di khalayak ramai.
Semenjak Opa Koesno tutup usia pada tahun 1998, Elizabeth dan keluarganya hidup kesulitan.
Ada sejumlah faktor yang menyebabkan mereka hidup penuh kesulitan.
Sejumlah aset yang dijual di saat muda dan kerap berhutang menjadi beberapa contohnya.
Istri dari Opa Koesno itu kini kerap berpindah-pindah kontrakan akibat himpitan ekonomi.
Selain itu, pada akhir 2019, Oma terjatuh sehingga mengakibatkan tulang punggungnya bermasalah dan pecah.
Perawatannya pun tidak murah.
"Saya dan istri mengeluarkan uang buat urus keluar masuk rumah sakit. Sampai simpanan habis dan jualin semua barang-barang yang bisa laku," ujar Roland.
Oma Koesno memiliki anak perempuan semata wayang yang kini sudah memasuki usia lanjut dan tiga orang cucu.
Dari tiga orang cucu, hanya Roland cucu laki-laki yang tinggal bersama Oma Koesno. Sedangkan dua saudara perempuannya tinggal bersama suami mereka.
Baca juga: Ada Bocah Berusia 15 Tahun yang Jadi Anggota Komplotan Begal di Cibubur
Baca juga: Abdul Mu’ti Sebut Institusi KPK yang Harus Dibela Bukan Perorangan
Baca juga: Ibunda Ketua Umum PSSI Meninggal Dunia pada Usia 80 Tahun
Roland dan istrinya menjadi tulang punggung keluarga untuk membiayai hidup dan merawat oma Koesno.
Saat ini, Oma Koesno dan keluarga Roland tinggal di Kompleks Perumahan di kawasan Cimanggis. Meski tinggal di rumah yang cukup baik, mereka masih mengontrak. Rumah itu pun dibiayai oleh salah satu donatur.
Roland mengatakan sebelum mengontrak di kompleks perumahan di kawasan Cimanggis itu, Elizabeth tinggal di sebuah rumah petak yang terbilang kecil dan pengap tak jauh dari sana.
"Dalam satu petak kita tidur berenam," ceritanya kepada TribunJakarta.com di kontrakannya.
Situasi Pandemi Covid-19 turut berdampak bagi keluarga Elizabeth.
Roland dan istrinya terpaksa kehilangan pekerjaan dari sebuah perusahaan properti.
Akhirnya, mereka tak memiliki pemasukan bulanan untuk membiayai hidup diri sendiri dan Oma Koesno.
Roland mencari jalan lain dengan membuat berita terkait kisah pilu neneknya di media sosial.
Upayanya berhasil menarik perhatian Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal TNI Andhika Perkasa yang turut membantu biaya pengobatan punggung Elizabeth di RS Angkatan Darat.
Oma Koesno pun dijemput dengan ambulans RI-1.
Tak main-main, Pihak Angkatan Darat memberikan fasilitas tingkat atas kepada nenek tersebut.
Ia dirawat selama 22 hari dengan didukung 12 dokter.
Menteri Kesehatan saat itu, Dokter Terawan menjadi salah satu tenaga kesehatan yang menanganinya.
Selain bantuan dari Angkatan Darat, Nenek Elizabeth pernah diberikan santunan sebanyak Rp 50 juta oleh Presiden Jokowi melalui Sekretaris Pribadi Presiden.
Salah seorang dermawan yang merasa prihatin dengan kondisi hidup Oma Koesno juga sempat menawarkan rumah kontrakan yang lebih layak.
Setelah hidup selama satu tahun di rumah petak, akhirnya Oma Koesno dan keluarga pindah berkat bantuan orang itu ke kompleks perumahan di kawasan Cimanggis, Depok pada tahun 2020.
Dermawan itu yang membiayai kontrakan mereka selama satu tahun dengan biaya Rp 25 juta.
Roland menyadari bantuan itu hanya bersifat sementara. Uang itu lambat laun akan habis untuk kebutuhan hidup Oma Koesno. Apalagi, ia harus membayar biaya kontrakan tiap tahun.
Dibantu Ganjar Pranowo
Tepat 1 Juni besok, masa sewa kontrakan di kompleks perumahan itu sudah habis.
Pihak keluarga tak tahu harus tinggal di mana lantaran hingga saat ini Roland sebagai tulang punggung keluarga belum memiliki pemasukan.
Roland sempat memberitahukan kondisi keluarganya kepada sejumlah tokoh lewat media sosial.
Satu di antaranya ialah Ganjar Pranowo.
Kekhawatiran keluarga Oma Koesno pun hilang.
Gayung bersambut, Ganjar Pranowo datang menolong.
Gubernur Jawa Tengah itu membayari sewa rumah selama satu tahun lagi dan melunasi tagihan PDAM yang sempat menunggak 4 bulan sebanyak Rp 1,3 juta.
"Pak Ganjar kemudian tanya kondisi Oma. Saya jadi kenal kemudian menjalin hubungan," terangnya.
Keluarga Oma Koesno juga sempat meminta kepada Ganjar untuk pindah dan tinggal di daerah Jawa Tengah.
Pihak keluarga berharap Ganjar benar-benar mengabulkannya.
Ia ingin Oma Koesno memiliki rumah tetap di masa senjanya.
"Kalau dari pribadi saya enggak minta yang mewah. Cukup satu petak saja buat Oma dan mama saya. Istilahnya kalau saya sama istri saya masih muda masih bisa nge-kos atau ngontrak dekat mereka," tambahnya.
Sebab, Oma Koesno dan keluarga saat ini masih menjadi 'kontraktor'.
"Kontraktor itu artinya kontrak sana kontrak sini. Itu candaan kalau ada orang tanya tinggal di mana sekarang," pungkasnya.