Info Kesehatan
Vaksin Nusantara Disebut 100 Persen Aman dan Ampuh Lawan Covid-19, Benarkah? Ini Kata Dokter
Pakar Kesehatan sekaligus Dokter Relawan Covid-19, dr Muhamad Fajri Adda'i turut buka suara atas hal ini.
TRIBUNJAKARTA.COM - Viral di media sosial kabar vaksin nusantara diklaim 100 persen aman dan ampuh dalam melawan Covid-19.
Kabar ini lantas membuat masyarakat bingung untuk memilih vaksin Nusantara atau vaksin import.
Lantas benarkah kabar tersebut?
Pakar Kesehatan sekaligus Dokter Relawan Covid-19, dr Muhamad Fajri Adda'i turut buka suara atas hal ini.
dr Fajri menyatakan, kabar tersebut adalah hoaks atau tidak benar. Sebab, hingga saat ini belum ada satupun hasil penelitian yang sudah dipublikasikan mengenai vaksin nusantara.

"Belum ada satupun hasil penelitian yang sudah direview dan dipublikasi mengenai keamanan, efektivitas, dan penggunaan vaksin nusantara," tulis dr Fajri dalam unggahannya di Instagram dilansir pada Senin (20/9).
Baca juga: Simak Prosedur Isolasi Mandiri, Berikut Tanda-tanda Pasien Covid-19 Memburuk Saat Isoman
dr Fajri memaparkan, dalam uji klinis, vaksin nusantara masih sangat terbatas.
Teknologi yang digunakan oleh vaksin nusantara ini dipelopori oleh pabrik bioteknologi Amerika Serikat yaitu Aivita.
Perusahaan tersebut selama ini mengembangkan teknologi sel dendritik untuk kanker.
Namun demikian, hipotesis mengenai sel dendritik ini berpotensial sebagai strategi terapi pada infeksi Covid-19.
Terkait dengan hasil uji klinis vaksin Nusantara menuturkan, hasil uji klinis fase pertama di Jawa selama Desember 2020 didapatkan 70 persen dari 28 partisipan mengalami efek samping seperti hipernatremia, peningkatan ureum, dan kolesterol.
Baca juga: Kamu Vaksin di Luar Negeri? Begini Cara Mendapatkan Sertifikat Vaksinasi di PeduliLindungi
Selain itu ditemukan pula adanya masalah di praktik laboratorium dan data yang tidak konsisten sehingga Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tidak menyetujui dilanjutkannya uji klinik fase 2.
Suatu vaksin dapat dinyatakan ampuh dan aman hanya setelah lolos dari uji klinis fase 3.
Sementara vaksin Nusantara belum lolos tahapan tersebut.
Kemudian, suatu vaksin tidak dapat dinyatakan ampuh dan aman hanya karena teori, dugaan, hipotesis maupun testimoni dari pihak-pihak tertentu.
Sampai saat ini, status vaksin Nusantara masih penelitian berbasis pelayanan.
Hal ini telah ditetapkan melalui Memorandum of Understanding (MoU) antara Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan Tentara Angkatan Darat (TNI AD) pada April lalu.
Kepala BPOM Penny K Lukito pun menegaskan bahwa vaksin Nusantara ini bersifat autologus atau individual, sehingga tidak bisa dikomersialkan dan tidak diperlukan persetujuan premarket dari BPOM.
"Uji klinik dimasukkan dalam penelitian berbasis pelayanan. Sel dendritik yang bersifat autologus hanya dipergunakan untuk diri pasien sendiri sehingga tidak dapat dikomersialkan dan tidak diperlukan persetujuan premarket dari BPOM," ujar Penny.
Meski berstatus penelitian berbasis pelayanan terbatas, vaksin Nusantara ini bisa digunakan untuk masyarakat umum. Namun, tetap harus berdasarkan persetujuan dari si pasien.
Hal ini diungkapkan oleh juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi.
"Masyarakat yang menginginkan vaksin Nusantara atas keinginan pribadi nantinya akan diberikan penjelasan terkait manfaat hingga efek sampingnya oleh pihak peneliti."
"Kemudian, jika pasien tersebut setuju, maka vaksin Nusantara baru dapat diberikan atas persetujuan pasien tersebut," jelasnya.