Sisi Lain Metropolitan
Proyek Pembangunan Hingga Lokasi Demo Jadi Favorit Pedagang Starling Garap Pembeli
Di kampung Starling alias Starbuck Keliling, tak semua pedagang berangkat pagi dan pulang sore hari.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
Demi menggaet lebih banyak pembeli di sana, Slamet harus menurunkan harga.
Dengan itu, banyak kuli yang memesan kopinya.
"Untuk segelas kopi panas kita hargai Rp 3 ribu segelas, Capucino panas Rp 4 ribu kalau pakai es Rp 5 ribu. Diratakan apalagi di lokasi proyek," katanya.
Sebenarnya, untung yang dituai dari segelas kopi seharga Rp 3 ribu tipis tetapi ia tak hanya mengejar untung besar melainkan meningkatkan jumlah pelanggan.
Bila ada proyek, Slamet bisa meraup untung bersih sekitar Rp 300 ribu dalam dua hari dari para kuli.
Namun, pernah juga ia mendapatkan Rp 600 ribu dalam dua hari di lokasi proyek.
Sejak tahun 2004, ia mengais rezeki sebagai pedagang starling.

Bahkan, seingatnya harga per gelas yang dijualnya itu pernah Rp 700 perak. Sekarang Rp 4 ribu satu gelas.
Suka duka mewarnai perjalanan hidup Slamet sebagai pedagang starling.
Ia bahkan pernah ditusuk oleh kawanan pengamen di sekitar Salemba pada tahun 2008 saat berjualan malam-malam.
Ketika itu, Slamet didatangi beberapa pengamen yang memaksa meminta duit buat mabuk. Tak dikasih, mereka pun maksa.
Tak puas mendapatkan uang dari Slamet, mereka memaksa mengambil rokok dagangannya.
"Itu kejadiannya sekitar pukul 01.30 dini hari, pas enggak dikasih dia nusuk pakai kocrokan dan pisau. Ada tiga orang itu," ungkap pria enam anak itu.
Tak hanya menusuk, kawanan itu juga mengambil botol saos di sekitar lokasi dan kembali memukul Slamet.
Tangan Slamet sempat menangkis botol itu hingga ia terjatuh.