Sisi Lain Metropolitan
Proyek Pembangunan Hingga Lokasi Demo Jadi Favorit Pedagang Starling Garap Pembeli
Di kampung Starling alias Starbuck Keliling, tak semua pedagang berangkat pagi dan pulang sore hari.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
Mereka pun kabur membawa berbungkus-bungkus rokok yang dibawa Slamet.
"Saya rugi sekitar Rp 3 juta modalnya itu. Rokok yang merek bagus semua," kenangnya.
Melihat aktivitas Kampung Starling lebih dekat
Sinar matahari sore mulai menembus celah-celah sempit di Kampung Starling atau akrab dipanggil 'Starbuck Keliling', Senen, Jakarta Pusat.
Seiring dengan suara Azan Ashar menggema di kampung padat itu, para pedagang Starling sibuk menyiapkan barang dagangan.
Sore hari menandakan mereka harus bersiap-siap mengayuh sepeda starling menyisir jalanan ibukota.

Sepeda mereka yang dikalungi rencengan minuman kemasan terparkir berjejer di sepanjang jalan kampung itu.
Tangan mereka mulai mencucuk es batu di atas sepeda dengan tusukan besi. Es batu diambil dari lemari es yang berderet di tepi Kali Ciliwung.
Deretan termos yang diletakkan di bawah, masing-masing dituang dengan rebusan air panas. Beberapa mie cup dan teh celup ditata di sepeda.
Sebagian dari mereka sudah berangkat menggowes dengan peralatan lengkap, sedangkan yang belum masih menyiapkan 'amunisi' bagi pelanggan.
Pemandangan hiruk pikuk itu setiap hari berlangsung di Kampung Starling Senen.
Iwan Sakiman (59), Ketua RT di Kampung Starling bercerita di kampung ini terdapat sekitar 10 agen dan sekitar 400 pedagang starling.
Agen ini merupakan bos yang memodali mereka untuk berdagang.
Misalnya, modal yang diberikan sekitar Rp 1,5 juta. Modal ini untuk biaya seperti minuman kemasan, rokok, es, dan air panas. Nanti modal ini bebas akan diangsur per minggu atau per bulan.
Kebanyakan pedagang starling di sana ialah para pendatang. Mereka berasal dari Kabupaten Sampang, Madura.