Sisi Lain Metropolitan

Proyek Pembangunan Hingga Lokasi Demo Jadi Favorit Pedagang Starling Garap Pembeli

Di kampung Starling alias Starbuck Keliling, tak semua pedagang berangkat pagi dan pulang sore hari. 

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
Satrio Sarwo Trengginas / Tribun Jakarta
Slamet, pedagang starling di Kampung Starling, Senen, Jakarta Pusat pada Rabu (22/9/2021). 

 Di Jakarta, ada beberapa kampung starling yang besar. Salah satunya berada di kampung ini. 

Agar bisa dibedakan dengan pedagang starling dari kampung lain, sepeda mereka memiliki ciri khas. 

Sepeda di Kampung Starling Senen memiliki boks berbahan fiber yang dilapisi seng.

Tampak depan gapura Kampung Starling di Senen, Jakarta Pusat pada Rabu (22/9/2021).
Tampak depan gapura Kampung Starling di Senen, Jakarta Pusat pada Rabu (22/9/2021). (TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas)

"Kalau di kampung lain, ada yang pakai keranjang buah atau sangke dan kayu," ujarnya saat ditemui TribunJakarta.com di kampung itu pada Rabu (22/9/2021).

Para pedagang starling paling sering berjualan di sekitaran Jakarta Pusat. Mereka menyasar wilayah Senayan, Jalan Diponegoro, Taman Surapati, Lapangan Banteng sampai ke Kemayoran. 

Di satu tempat, bukan hanya pedagang starling dari kampung Senen saja yang berjualan. Ada beberapa pedagang starling dari kampung lain yang ikut berjualan. Mereka bersaing merebut hati pelanggan mampir ke sepedanya.

"Misalnya di Lapangan Banteng, itu beda-beda (grup). Ada yang dari Tanah Abang juga," tambahnya. 

Cara merekrut

Tak sulit menjadi pedagang starling di kampung itu.

Dalam merekrut pedagang baru, bos mengambil dari kenalan anggota starling. Biasanya, dari asal kampung yang sama. 

Anggota itu menjadi penanggung jawab dari kenalan yang dibawanya. Bos akan memberikan modal untuk berdagang dan tempat tinggal. 

Soalnya, bila bukan dari bawaan anggota sebelumnya, terkadang ada yang tidak bisa dipercaya. 

"Takutnya sudah dikasih modal dibawa kabur uangnya. Banyak kejadian seperti itu," katanya. 

Apesnya, anggota yang bertanggung jawab mengganti kerugian si bos. 

Kebanyakan orang Madura

Pedagang starling mayoritas di kampung itu berasal dari Pulau Madura

Menurut pedagang starling, Slamet, kebanyakan orang Madura merantau karena kesulitan mencari nafkah di kampungnya. 

Mereka mengadu nasib ke Jakarta, Surabaya, Kalimantan, Sumatera, Papua, hingga Malaysia dan Arab. 

"Ketika jadi petani enggak sukses, jadi iseng-iseng lah mereka ke Jakarta. Salah satunya jadi starling, ungkap pria asal Kabupaten Sampang itu.

Dari berdagang starling ini, ia mampu menghidupi enak anaknya di kampung.

Pendapat yang sama juga disampaikan Iwan. Menurutnya, banyak orang Madura menjadi pedagang starling karena penghasilan yang terbilang besar. 

Sebagai Ketua RT, Iwan juga memiliki tanggung jawab untuk membantu para pedagang yang terjaring satpol pp. 

Tak jarang, mereka menjadi mangsa satpol pp lantaran mangkal dan dianggap mengganggu ketertiban kota. 

Iwan turun tangan untuk menjemput mereka yang diangkut Satpol PP. 

"Saya bukan bos mereka, tapi saya membantu mengkoordinir mereka kalau ditangkep satpol pp. Seperti menyiapkan Surat Keterangan Domisili atau memberikan masker," tambahnya. 

Pandemi Covid-19 turut berdampak kepada para pedagang starling. Apalagi, ketika diberlakukannya PPKM yang membuat mereka kehilangan banyak pelanggan. 

Mereka berharap kondisi ini segera pulih agar roda perekonomian mereka kembali berputar mulus.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved