Sisi Lain Metropolitan

Cerita Slamet Pedagang Starling Saat Cicipi Segelas Kopi Starbuck Rp40 Ribu: Mending Duitnya Aja Pak

Pekerjaan yang dijalani Slamet (43) sehari-hari, akrab dipanggil Starling, plesetan dari Starbucks Keliling.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
Satrio Sarwo Trengginas / Tribun Jakarta
Slamet, pedagang starling di Kampung Starling, Senen, Jakarta Pusat pada Rabu (22/9/2021). 

Selain di sana, Slamet juga suka mendekat ke lokasi proyek di sekitarnya. 

Sebab, lokasi proyek juga menjadi ladang rezeki buatnya. Meladeni minuman untuk para kuli seusai kerja kasar. 

Demi menggaet lebih banyak pembeli di sana, Slamet harus menurunkan harga. Dengan itu, banyak kuli yang memesan kopinya. 

"Untuk segelas kopi panas kita hargai Rp 3 ribu segelas, Capucino panas Rp 4 ribu kalau pakai es Rp 5 ribu. Diratakan apalagi di lokasi proyek," katanya.

Baca juga: Kerasnya Kehidupan Pedagang Starling yang Melegenda di Kawasan Elit Jakarta, Ini Secuil Ceritanya

Sebenarnya, untung yang dituai dari segelas kopi seharga Rp 3 ribu tipis tetapi ia tak hanya mengejar untung besar melainkan meningkatkan jumlah pelanggan. 

Bila ada proyek, Slamet bisa meraup untung bersih sekitar Rp 300 ribu dalam dua hari dari para kuli. Namun, pernah juga ia mendapatkan Rp 600 ribu dalam dua hari di lokasi proyek. 

Sejak tahun 2004, ia mengais rezeki sebagai pedagang starling. 

Bahkan, seingatnya harga per gelas yang dijualnya itu pernah Rp 700 perak. Sekarang Rp 4 ribu satu gelas. 

Suka duka mewarnai perjalanan hidup Slamet sebagai pedagang starling.

Pedagang menuang air panas ke dalam deretan termos di Kampung Starling di Senen, Jakarta Pusat pada Rabu (22/9/2021).
Pedagang menuang air panas ke dalam deretan termos di Kampung Starling di Senen, Jakarta Pusat pada Rabu (22/9/2021). (TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas)

Ia bahkan pernah ditusuk oleh kawanan pengamen di sekitar Salemba pada tahun 2008 saat berjualan malam-malam. 

Ketika itu, Slamet didatangi beberapa pengamen yang memaksa meminta duit buat mabuk. Tak dikasih, mereka pun maksa. 

Tak puas mendapatkan uang dari Slamet, mereka memaksa mengambil rokok dagangannya. 

"Itu kejadiannya sekitar pukul 01.30 dini hari, pas enggak dikasih dia nusuk pakai kocrokan dan pisau. Ada tiga orang itu," ungkap pria enam anak itu. 

Tak hanya menusuk, kawanan itu juga mengambil botol saos di sekitar lokasi dan kembali memukul Slamet.

Baca juga: Cerita Slamet, Pedagang Starling Senen: Dari Jual Rp 700 Perak per Gelas dan Pernah Ditusuk Pengamen

Tangan Slamet sempat menangkis botol itu hingga ia terjatuh. 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved