Bikin Percobaan 5 Tahun Lalu, Usaha Prajurit TNI AD Ini Hadirkan Air Bersih di NTT Berbuah Manis

Perjuangan keras dilakukan prajurit TNI AD asal Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk menghadirkan air bersih di tanah kelahirannya.

Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Erik Sinaga
Youtube TNI AD
Kolonel CPL Simon P.K. menceritakan masa mudanya yang nyaris gagal masuk Akabri karena masalah air di NTT. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Aslog Kasdam IX/Udayana Kolonel CPL Simon P.K berjuang menghadirkan air bersih di tanah kelahirannya di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Berawal dari gagasannya membuat pompa hydram di desa kelahirannya, program itu dilanjutkan oleh jajaran TNI AD hingga akhirnya kini sudah banyak desa di NTT yang memiliki sumber air.

Eksperimen itu dilakukan Simon sekira lima tahun lalu.

Awalnya dia mengaku banyak pihak yang pesimis terhadap upayanya kala itu.

Baca juga: Angin Musim Jadi Musuh Prajurit TNI yang Tugas di Pulau Terluar hingga Harus Putar Otak Atasi Lapar

"Pulang kampung saya buat pompa hydram di kampung saya sendiri.

Banyak yang pesimis air nyampe apa ngga," kata Simon seperti dilansir dari Youtube TNI AD, Minggu (3/10/2021).

Adapun yang mendasari Simon membuat pompa hydram di tanah kelahirannya karena dia memiliki pandangan tersendiri mengenai permasalahan krisis air yang terjadi di NTT.

Kondisi kekeringan krisis air yang terjadi di NTT.
Kondisi kekeringan krisis air yang terjadi di NTT. (Youtube TNI AD)

"Saya jelaskan kepada siapapun NTT itu sebenarnya bukan karena air ga ada tapi posisi air.

Jadi distribusi airnya yang harus kita perhatikan.

Penerapan berbagai teknologi salah satunya hydram," ujar dia.

Prinsip Kerja Hydram

Kolonel Simon pun menjelaskan dari prinsip kerja pomda jenis hydram yang dipasangnya di NTT.

"Adanya keseimbangan antara tekanan udara dan luncuran air. Jadi ada perlawanan dari angin yang ada di dalam tabung untuk menggerakan air," ujar Simon mengenai cara kerja pompa hydram.

Baca juga: Cerita Warga NTT Setelah 47 Tahun Barulah Mau Dekat dengan Air, Sejak Kecil Selalu Alami Kekeringan

Dengan hydram, maka air bisa dikeluarkan dari tempat rendah dan disalurkan ke tempat yang tinggi tanpa memerlukan bantuan listrik.

Karenanya, air bersih kini sudah banyak dirasakan warga di NTT.

Simon pun merasa sangat senang karena tanah kelahirannya kini sudah bisa sedikit tersenyum dari masalah krisis air bersih.

"Bersyukur sekali saya program ini masif menjadi program andalan diluar program rutin.

Warga membantu prajurit TNI dalam pemasangan mesin pompa hidram untuk mengatasi masalah kekeringan di NTT.
Warga membantu prajurit TNI dalam pemasangan mesin pompa hidram untuk mengatasi masalah kekeringan di NTT. (Youtube TNI AD)

Sangat terdukung saya karena mau gamau NTT itu kampung saya mendapat jatah," kata dia.

Simon menjelaskan, saat ini sudah ada 147 titik di NTT yang dipasangi pompa hydram.

"Kalau satu titik sehari menyumbang 36000 liter dikalikan 147 titik kan sudah jutaan liter air," tutur Simon.

Nyaris Gagal Masuk Akabri

Kolonel CPL Simon P.K. yang kini menjabat sebagai Aslog Kasdam IX/Udayana mengatakan dirinya sampai nyaris gagal masuk Akabri lantaran sejak kecil setiap harinya disuruh memikul air bersih.

Hal itu karena kondisi tinggi badannya yang berada di ambang batas terendah untuk menjadi seorang taruna Akabri.

Baca juga: Cerita Putra Asli NTT Nyaris Gagal Masuk Akabri Gara-gara Sering Angkut Air Sejak Kecil

"Saya sejak lulus SD masuk SMP sudah harus angkut air.

Saya anak guru, tapi enggak ada alasan," tutur Simon menceritakan masa kecilnya.

"NTT itu dari saya kecil sudah terkenal keringnya.

Saya gatau keringnya menjadi tantangan apa menjadi jualan," kata dia.

Kolonel CPL Simon P.K. menceritakan masa mudanya yang nyaris gagal masuk Akabri karena masalah air di NTT.
Kolonel CPL Simon P.K. menceritakan masa mudanya yang nyaris gagal masuk Akabri karena masalah air di NTT. (Youtube TNI AD)

Simon pun menceritakan masa kecilnya yang harus penuh perjuangan mengangkuti air dari mata air untuk disimpan di rumahnya.

Menggunakan pikulan dari bambu, ujar Simon, semasa kecilnya tiap hari dia harus memikul puluhan liter air menuju rumahnya dengan kondisi jalan yang menanjak.

Kata dia, mengambil air sudah menjadi kewajiban anak-anak di desanya kala itu.

"Kalau mengingat masa kecil saya memang malu, benar-benar sengsara saya," tuturnya.

Bahkan karena masalah air bersih sempat membuatnya nyaris gagal masuk Akabri.

"Waktu mau masuk Akabri saya diukur ulang karena tinggi pas-pasan.

Baca juga: Kisah TNI Penjaga Ujung Selatan NKRI: Tak Hanya Fokus Warga dan Wisata, tapi Juga Pertahanan Negara

Waktu itu 160 (cm) batasnya, saya diisuruh ukur ulang.

Saya ingat ini gara-gara pikul air ini, saya yakin makanya saya tingginya pas-pasan

Saya gausah gambarkan susahnya saya masalah air, hampir gabisa lulus Akabri," bebernya.

Sebagai putra asli NTT, Simon pun tak mau daerahnya terhambat menghadapi kemajuan hanya karena masalah air.

"Saya sebagai putra NTT gamau NTT tetap miskin hanya karena kering," tegasnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved