Kampung Mati Vietnam di Kramat Jati Ternyata Masih Berpenghuni, Begini Pengakuan Penjaga Bangunan
' Kampung Vietnam ' di Kramat Jati, Jakarta Timur masih dihuni 13 kepala keluarga (KK). Begini kesaksian sang penjaga bangunan.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Kisah Sang Penjaga Bangunan
TribunJakarta,com pernah meliput Kampung Mati Vietnam pada tahun 2019. Ketika berkunjung ke Kramat Jati tak banyak orang yang tahu di kawasan tersebut terdapat bangunan yang dikenal warga sekitar sebagai lokasi 'angker' alias seram.
Hal ini lantaran di kawasan yang terletak di Jalan Diklat Depsos RT 13/3, Dukuh, Kramat Jati, Jakarta Timur ini dulunya ialah bekas tempat pengungsian warga Vietnam dan panti jompo.
"Saya ini di sini menjaga aset Pemda dan menghuni di sini sekitar tahun 1980-an. Dulunya itu ada penampungan panti jompo di TMII. Kemudian mengalami pelebaran jadi di pindah ke sini (Dukuh). Selanjutnya pada tahun 1977-an datanglah pengungsi Vietnam," ucap penjaga bangunan di lokasi tersebut, Lili Salwiji (61) pada TribunJakarta.com, Minggu (3/11/2019).
Menurut Lili, saat itu pengungsi Vietnam tidaklah lama menempati lokasi tersebut.
Karena sekitar tahun 1981, para pengungsi mulai meninggalkan lokasi.
Namun untuk panti jompo masih tetap berjalan.
Bahkan daya tampunya diperbanyak karena lokasi tersebut dijadikan kawasan percontohan panti jompo seluruh Indonesia.
"Dulu itu di sini sangat indah. Banyak tanaman dan perawatannya sangat baik. Kemudian berganti nama dari Sasana menjadi Panti Jompo dengan tampungan 200 orang dari tadinya 100 orang," ucapnya.
"Bahkan lokasi ini dijadikan praktek untuk anak kuliah. Kan di sini sistemnya itu cotage. Jadi satu cotage itu isinya 10 orang jompo dengan satu petugas. Ada juga yang seperti barak dengan tampungan 20 orang. Jadi kalau ambulan wara-wiri itu hal yang biasa," tambahnya.
Bangunan Tak Berpenghuni
Meskipun indah, lokasi yang cukup luas ini merupakan wilayah rawan banjir.
Hingga pada tahun 2002, banjir merendam lokasi tersebut melebihi 1 meter.
Hal itu kemudian membuat para penghuni panti jompo harus dievakuasi dan saat ini berada di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan.
"Memang di sini lokasi rawan banjir. Kemudian sebelum banjir besar sekali di tahun 2002 dan sebelum tanggul roboh, penghuni panti jompo sudah dievakuasi dan dibantu pasukan katak. Saat itu tak ada korban jiwa, karena saya turut membantu proses evakuasi," ungkapnya.
