Sisi Lain Metropolitan

Sepenggal Kisah di Balik Ereveld Menteng Pulo, Makam Kehormatan Belanda untuk Korban Perang Dunia II

Kesan rapih muncul begitu kali pertama memijakkan kaki di depan gerbang Taman Makam Kehormatan Belanda Ereveld Menteng Pulo.

Penulis: Pebby Ade Liana | Editor: Acos Abdul Qodir
TribunJakarta.com/Pebby Adhe Liana
Taman Makam Kehormatan Belanda Ereveld Menteng Pulo di Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (19/11/2021). 

Dahulu peletakan batu pertama makam ini dilakukan pada 8 Desember 1947 oleh Letjen. S.H. Spoor yang pada saat itu menjabat sebagai komandan tentara di Hindia Belanda.

Akan tetapi, dua tahun setelahnya Letjen. S.H. Spoor wafat dan dimakamkan di lokasi ini bersama dengan korban perang lainnya.

Tak ada perbedaan strata atau status sosial pada pemakaman ini.

Semuanya, sama. Baik orang kulit putih,kulit berwarna, pejabat militer dengah pangkat tinggi, ataupun berpangkat rendah, semua terkubur berdampingan.

"Beliau menekankan di sini tidak ada perbedaan antara orang kulit putih, kulit berwarna, pangkat tinggi, dan pangkat rendah. Beliau ingin semua disetarakan," imbuhnya.

Baca juga: Mencicipi Kuliner di Sekitar Bangunan Bersejarah, Selain Perut Kenyang Wawasan Kita Bertambah

Kesan rapih muncul begitu kali pertama memijakkan kaki di depan gerbang Taman Makam Kehormatan Belanda Ereveld Menteng Pulo.

Taman Makam Kehormatan Belanda Ereveld Menteng Pulo di Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (19/11/2021).
Taman Makam Kehormatan Belanda Ereveld Menteng Pulo di Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (19/11/2021). (TribunJakarta.com/Pebby Adhe Liana)

Ribuan nisan berderet rapih. Tepat di sebelah pintu masuk pada sisi kiri, merupakan deretan makam korban perang yang beragama islam.

Hal ini ditandai dengan bentuk nisan yang memiliki tiga kengkungan di bagian atasnya.

Sementara pada sisi lainnya, terdapat nisan dengan bentuk salib untuk makam bagi jenazah laki-laki beragama kristen, nisan berbentuk salib dengan lengkungan untuk makam bagi jenazah perempuan beragama kristen, nisan berbentuk panjang untuk makam agama budha, dan nisan berbentung bintang segi enam untuk makam orang yahudi.

Selain itu, adapula nisan berbentuk persegilima untuk makam massal yang diisi oleh beberapa jenazah.

Di salah satu sisi, juga tertulis 94 nama prajurit angkatan darat Kerajaan Belanda yang gugur dalam kurun waktu 1946-1962 di kawasan Hindia Belanda dan Irian Barat. 

Sebuah bangunan, begitu menarik perhatian ketika memasuki area Makam Kehormatan Belanda ini.

Bangunan ini, disebut sebagai Gereja Simultan yakni sebuah bangunan yang didirikan dengan batu bata yang diplester dan juga dicat putih.
Gereja Simultaan tidak digunakan untuk ibadah seperti gereja umumnya.

Akan tapi, gereja ini digunakan sebagai tempat acara peringatan dan upacara yang dilakukan di Ereveld untuk semua agama.

Baca juga: Melihat Lebih Dekat Tugu dan Monumen Bersejarah di Bekasi, Kali Bekasi, Tugu Patal dan Alun-alun

Oleh sebab itu, bangunan ini juga dihiasi dengan simbol agama Kristen, Islam, Budha, dan Yahudi di atas menara gereja.
Untuk mengenang para korban yang wafat pada saat pembuatan rel kereta Birma-Siam, di dalam gereja ini juga didirikan Salib Birma-Siam Spoorweg yang terbuat dari kayu rel kereta.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved