Sisi Lain Metropolitan
Sempat Dibully, Kisah Bimbim Clow Bangun Tempat Penampungan Jadi Penolong Ribuan Kucing Terlantar
Kisah Bimbim Clow jadi penolong bagi ribuan kucing terlantar. Ia membangun tempat penampungan bagi kucing.
Penulis: Pebby Ade Liana | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
"Kenapa saya bikin ini, ya itu tadi. Banyak kucing ketabrak, banyak kucing yang gak punya tempat tinggal, makanya saya bikin lagi. Tiap tahun pasti saya bikin ini. Kenapa? Karena penghuninya tiap tahun pasti bertambah,"
"Kenapa rumah singgahnya banyak, karena memang mereka butuh tempat tinggal. Mereka tidak aman di luar sana. Tapi kita juga tidak bisa menampung semuanya," imbuhnya.
Kucing terlantar, sakit, dan juga malnutrisi menjadi fokus bagi Rumah Singgah Clow dalam memberi pertolongan untuk kucing-kucing di jalan.
Berbagai cara, dilakukan Bimbim untuk bisa mengelola pemasukan hingga terus menyediakan tempat penampungan dan perawatan bagi kucing-kucing yang kurang beruntung.
Mulai dari membuka lini usaha di Rumah Singgah, biaya member, hingga menggalang donasi untuk kasus-kasus tertentu.
Misalnya saja, beberapa persen pemasukan didapat dari hasil usaha yang dijalankan di shelter, biaya member, dan juga administrasi.
Ia mencontohkan, misalnya dengan menyewakan sebagian lahan di shelter untuk shelter lainnya.
Selain itu, biaya administrasi juga dikenakan bagi orang-orang yang mampu membayar ketika ingin membawa kucing ke shelter.
"Jadi pengelolaannya gitu, apa yang bisa kita jual kita lakukan. Kalau donasi, saya bukanya sebulan 2-3 kali, 'yuk patungan Rp 10 ribu buat bantu operasi kucing ini' ada kasus tertentu. Nah dari situ, biasanya sisanya kita bayar ke klinik. Sampai hari ini kita tidak punya hutang. Tidak punya tagihan klinik, untuk shelter," katanya.
Kepada TribunJakarta, pria bernama asli Wahyu Winono ini bercerita, dirinya masih memiliki sebuah mimpi mulia yang belum terwujud.
Diantaranya, membeli sebidang tanah yang nantinya akan diwakafkan untuk dibangun sebuah shelter atau tempat penampungan bagi kucing-kucing terlantar.
"Sebelum saya meninggal, saya punya mimpi bisa mewakafkan tanah untuk shelter saya. Karena ketika saya sudah tidak ada, siapa yang mengurus mereka. Itu sudah saya pikirkan sendiri. Jadi saya sedang menabung untuk membeli sebuah tanah, yang kemudian saya wakafkan. Mudah-mudahan masih diberi umur," tuturnya.