Sisi Lain Metropolitan
Cerita Kuliah Natalius Pigai: Awalnya Kere sampai Nyari Makan Gratis, Endingnya Naik Taksi Tiap Hari
Datang ke Yogyakarta dari Papua bermodal uang Rp 300 ribu pemberian ibundanya, Natalius Pigai harus melewati perjuangan keras.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Yogi Jakarta
"Saya waktu itu dihambat polisi, saya kesal akhirnya saya bakar ban dan meledak," tutur Natalius Pigai.
Delapan hari usai insiden di Gejayan, Natalius Pigai dan sejumlah aktivis mahasiswa di Yogyakarta kemudian menuju Jakarta untuk menyuarakan aspirasinya.
"Di Jogja itu tanggal 8 Mei, tanggal 18 Mei saya sudah di Jakarta. Saya waktu jalan kaki dari Cimanggis sampai Rancho Indah (Tanjung Barat)," kata Natalius Pigai.
"Gerakan 98 kalau enggak ada peristiwa Gejayan ga mungkin itu terjadi.

Gerakan 98 itu didasari karena adanya 3 tuntutan mahasiswa.
Mahasiswa nasional menekan Soeharto, mahasiswa Aceh minta hentikan DOM, kemudian mahasiswa Papua hentikan DOM dan pelanggaran HAM.
Saya itu kekuatan mahasiswa nasional dan mahasiswa Papua," tutur Natalius Pigai.
Kendati terlibat aksi 98, Natalius Pigai mengakui dirinya kala itu bukanlah tokoh yang memimpin pasukan.
"Saya terlibat di 98 tapi memang bukan pimpinan karena saya usianya paling muda.
Adian Napitupulu senior saya, Andi Arief senior jauh, Budiman Sudjatmiko
juga senior saya.
Mereka bagian perintah, saya di bawah bagian perusak lapangan," tutur Natalius Pigai.