Gedung Candra Naya Diapit Gedung Pencakar Langit, Disbud DKI: Bagus, Di Luar Negeri Seperti Itu
Gedung Candra Naya belakangan ini mendapat sorotan dari warganet, khususnya pengguna lini massa Twitter.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Dinas Kebudayaan (Disbud) DKI Jakarta memberi catatan kepada pengelola Gedung Candra Naya.
Gedung Candra Naya belakangan ini mendapat sorotan dari warganet, khususnya pengguna lini massa Twitter.
Pasalnya, Gedung Candra Naya terletak di antara bangunan apartemen yang ada di seputaran Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat.
Di antara bangunan tinggi itu, Gedung Candra Naya diketahui merupakan rumah seorang Mayor Tionghoa di Batavia yakni, Mayor Khouw Kim An.
Baca juga: Museum Layang-Layang Indonesia Bertahan di Tengah Pandemi Demi Tetap Promosikan Tradisi
Mayor Khouw Kim An yang lahir pada 5 Juni 1879 lalu di Batavia ini merupakan menantu dari Pendiri Organisasi Tionghoa modern pertama di Hindia Belanda, Tiong Hwa Hwe Kwan.
Menanggapi ramainya hal ini, Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana menyebut sudah memberikan catatan kepada pihak pengelola.
Melalui tim ahli cagar budaya, catatan ini telah disampaikan beberapa waktu lalu kepada pihak pengelola.
"Jadi tim ahli cagar budaya sudah membuat catatan kepada Gedung Candra Naya, pengelolanya. Kalau ingin dibangun modernitas, tapi upaya pelestarian kepada bangunan cagar budaya juga jangan dilupakan. Sehingga terjadi lah seperti sekarang," kata Iwan di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (4/2/2022).
Baca juga: Ada Batu Penggilingan Tebu dari Abad Ke-17 di Trotoar Pasar Rebo, Kini Dipindah ke Cagar Budaya

Anak buah Anies ini mengakui bahwa hal ini sebagai sesuatu yang bagus.
Sebab, meski diapit oleh bangunan yang menjulang tinggi, bangunan cagar budaya masih hadir di lokasi dan tak dilupakan.
Baca juga: Istri Sastrawan Senior Remy Sylado Ucapkan Terima Kasih kepada Anies
Ia pun mencontohkan bangunan serupa turut hadir di luar negeri. Satu di antaranya seperti yang ada di Roma, Italia.
"Bagus malah, banyak di luar negeri seperti itu kan. Roma ada, dan juga seperti di Roma itu MRT sepanjang stasiunnya itu ada di Roma ditemukannya artefak-artefak atau fragment yang dipertontonkan kepada publik. Ini menarik loh. Kalau itu dijalankan, jadi bagaimana orang menikmati transportasi publik tapi sambil belajar, apa yang ditemukan dari peradaban masa lalu. Ini akan kembali memuliakan peradaban masa lalu," jelasnya.