Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022
Viral Video Aremania Datangi Polisi saat Kerusuhan, Memohon Tak Ditembak Gas Air Mata Malah Dibentak
Viral video yang merekam seorang Aremania mendatangi seorang polisi saat kerusuhan pecah di Stadion Kanjuruhan, pada Sabtu (1/10/2022).
Penulis: Rr Dewi Kartika H | Editor: Yogi Jakarta
TRIBUNJAKARTA.COM - Di media sosial viral video yang merekam seorang Aremania mendatangi seorang polisi saat kerusuhan pecah di Stadion Kanjuruhan, pada Sabtu (1/10/2022).
Aremania tersebut mendatangi anggota polisi tersebut kemudian mengajaknya untuk bersalaman.
Ia kemudian memohon kepada polisi agar berhenti menembakan gas air mata, pasalnya banyak anak-anak yang turut menjadi korban.
TONTON JUGA
"Hei bro," ucap polisi menjabat tangan Aremania tersebut.
"Pak jangan ditembak gas air mata pak, banyak anak kecil pak," kata Aremania itu dengan nafas tersengal-sengal.
"Iya," kata polisi.
Mendadak anggota polisi yang lain langsung menghampiri Aremania tersebut.
Berbeda dengan temannya, anggota polisi tersebut langsung memaki dan menghardik Aremania itu.

Baca juga: Giring PSI Minta Ketum PSSI Mundur Buntut Tragedi Kanjuruhan, Dukung Pembentukan Tim Independen
"Kamu keluar! Keluar!" katanya sambil mendorong Aremania tersebut.
"Iya pak saya keluar," ucap Aremania.
"Kamu jangan bikin rusuh!" hardik polisi tersebut.
"iya pak saya keluar," imbuh Aremania.
Anggota polisi yang pertama kali ditemui Aremania tersebut, berusaha menengahi.
Baca juga: The Jakmania Berharap FIFA Tak Bekukan Sepak Bola Indonesia Imbas Tragedi Kanjuruhan
"Kamu keluar nanti saya kasih tahu komandan," ucapnya.
Video tersebut sontak mengundang netizen untuk berkomentar.
Mereka menyoroti sikap polisi yang memaki dan bersikap kasar kepada Aremania tersebut.

Baca juga: Jumlah Korban Kerusuhan Kanjuruhan TERBARU: 125 Orang Meninggal Teridentifikasi, 21 Orang Luka Berat
125 Orang Meninggal dalam Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Dokter Beberkan Bahayanya Gas Air Mata
Kerusuhan yang terjadi usai pertandingan Arema FC dan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Sabtu (1/10/2022) malam memakan banyak korban.
Berdasarkan laporan kepolisian setempat tercatat 125 orang meninggal dalam peristiwa tersebut.
Diduga penyebab kematian karena dipicu gas air mata dari polisi yang membuat penonton berlarian lalu berdesak-desakan ke pintu keluar.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto mengatakan, gas air mata yang dihirup dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian.
Baca juga: Jumlah Korban Meninggal Tragedi Stadion Kanjuruhan Simpang Siur, Ternyata Ini Penyebabnya
Efek gas air mata pada saluran napas menyebabkan iritasi dari hidung, tenggorokan sampai dengan saluran napas bawah.
Gejalanya berupa hidung berair, rasa terbakar di hidung dan tenggorokan, batuk, dahak.
"Juga menimbulkan nyeri dada, sesak napas. Risiko kematian bisa terjadi bila menghirup dalam konsentrasi tinggi," kata dia saat dikonfirmasi wartawan, Minggu (2/10/2022).
Dipaparkan Dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi paru, Prof Tjandra Yoga Aditama, secara umum gas air mata dapat menimbulkan dampak pada kulit, mata dan paru serta saluran napas.
Gejala akutnya di paru dan saluran napas dapat berupa dada berat, batuk, tenggorokan seperti tercekik, batuk, bising mengi, dan sesak napas.
Baca juga: Profil Javier Roca, Pelatih Arema FC Saat Kalah Dari Persebaya: Pernah Berkarir di Persija
"Pada keadaan tertentu dapat terjadi gawat napas (respiratory distress)," kata dia.
Selain itu, jika seseorang sudah punya penyakit asma atau Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) maka saat terkena gas air mata maka dapat terjadi serangan sesak napas akut.
"Serangan ini bukan tidak mungkin berujung di gagal napas (respiratory failure)," ungkap dia.
Selain di saluran napas maka gejala lain adalah rasa terbakar di mata, mulut dan hidung.
Lalu dapat juga berupa pandangan kabur dan kesulitan menelan. Juga dapat terjadi semacam luka bakar kimiawi dan reaksi alergi.
Baca juga: Diungkap PSSI, Ini yang Bikin Panpel & PT LIB Pede Abaikan Saran Polri Soal Laga Arema vs Persebaya
"Walaupun dampak utama gas air mata adalah dampak akut yang segera timbul, ternyata pada keadaan tertentu dapat terjadi dampak kronik berkepanjangan. Hal ini terutama kalau paparan berkepanjangan, dalam dosis tinggi dan apalagi kalau di ruangan tertutup," ujar Guru Besar FKUI ini.
Dilansir dari CDC, gas air mata adalah adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan kerusuhan atau membubarkan massa.
Senyawa dari gas air mata adalah chloroacetophenone (CN) dan chlorobenzylidenemalononitrile (CS).
Efek yang muncul terjadi pada mata, hidung, kulit hingga paru-paru.
Bila terkena dalam waktu yang lama gas air mata bisa menyebabkan efek yang lebih serius.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Dokter Paru: Risiko Kematian Bisa Terjadi Bila Menghirup Gas Air Mata dalam Konsentrasi Tinggi.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Dewi Agustina