Hari Pahlawan 10 November

Hari Pahlawan, Veteran RKPAD Sarankan Pemerintah Adakan Wajib Militer Generasi Muda Indonesia

Ia pun menyinggung wajib militer bagi kaum muda yang sudah berjalan di beberapa negara, salah satunya Korea Selatan.

Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Acos Abdul Qodir
TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino
Dua veteran perang mengikuti upacara tabur bunga dari atas geladak KRI Semarang-594 di perairan Kepulauan Seribu dalam rangka peringatan Hari Pahlawan 2022, Kamis (10/11/2022). Di momen Hari Pahlawan tahun ini, veteran perang TNI Angkatan Darat dari Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), Slamet Mulhadi (84), menyarankan pemerintah mengadakan wajib militer generasi muda Indonesia.  

Peperangan puluhan tahun silam memaksa dirinya untuk bertahan hidup di manapun dan dalam kondisi apapun. 

Bahkan, Slamet mengungkapkan dirinya seringkali harus makan binatang liar yang ditemukannya di hutan-hutan tatkala perang berlangsung. 

Baca juga: Tawuran Bersajam di Tangerang Sudah Sangat Mengkhawatirkan, Kajari Usul Sekolah Wajib Militer

Slamet ialah seorang veteran TNI Angkatan Darat dari Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).

RKPAD adalah cikal bakal pasukan elit TNI AD yang kini bernama Komando Pasukan Khusus (Kopassus). 

Veteran perang kelahiran Purworejo, 19 April 1938 itu menjadi salah satu tentara yang ditugaskan mempertahankan kedaulatan NKRI saat terjadi pemberontakan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta). 

"Zaman Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta) itu saya ditaruh di Manado sana. Kita jadi prajurit di sana," kata Slamet. 

Tatkala pemberontakan Permesta terjadi tahun 1957 silam, Slamet diterbangkan ke Manado, Sulawesi Utara, untuk melawan gerakan militer yang ada di sana. 

Diceritakannya, saat itu Slamet bersama satuannya seringkali harus keluar masuk hutan di Manado demi mempertahankan kedaulatan NKRI. 

Slamet tak bisa terlalu banyak mengungkapkan bagaimana situasi kontak senjata yang terjadi saat itu. 

Dengan tegas Slamet hanya bisa menyingkat deskripsinya: ini soal menembak atau ditembak. 

"Alhamdulillah, kalo peperangan kita nggak bisa cerita. Bagaimana mau cerita, kalo kita nggak nembak kan kita ditembak, kayak nonton film aja gimana sih," ucapnya. 

"Saya zaman Permesta, kita persenjataan kan masih senjata biasa, Permesta sudah mending," sambung Slamet. 

Salah satu yang paling diingat Slamet ialah caranya bertahan hidup menjaga perut tetap terisi ketika sedang berada di ganasnya hutan rimba. 

Slamet bercerita, ia dan sesama anggota TNI saat itu tak jarang harus mencari dan membunuh tikus untuk bisa mengisi perut kosongnya. 

"Kalau di Manado sana tikus juga kita makan," katanya sambil tersenyum. 

Baca juga: Ada Jenderal Ahmad Yani hingga S Parman, Ini 7 Pahlawan Revolusi yang Gugur di Peristiwa G30S/PKI

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved