Terkubur di Balik Aspal Jalan Gajah Mada, Fakta Rel Trem Kuno di Jalur MRT Diungkap Arkeolog

Terkubur di balik aspal Jalan Gajah Mada Jakarta, terungkap fakta temuan rel trem kuno pada proyek MRT Jakarta Fase II.

TribunJakarta.com/Pebby Adhe Liana
Melihat Jejak Rel Trem Peninggalan Belanda di Proyek MRT Jakarta Fase II, di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, Rabu (16/11/2022. 

Laporan wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Terkubur di balik aspal Jalan Gajah Mada Jakarta, jejak-jejak sejarah peninggalan Belanda kembali ditemukan.

Diketahui, rel trem kuno peninggalan zaman kolonial Belanda, yang ditemukan di proyek pembangunan MRT Jakarta fase II sekitaran kawasan Harmoni hingga Mangga Besar, Jakarta Pusat.

Menurut Arkeolog Chairunia Arni Lisa, jalur rel trem tersebut diperkirakan sudah ada sejak kisaran tahun 1869 yang ditemukan pada kedalaman 27 centimeter.

"Di sepanjang jalur ketiga stasiun itu, kita menemukan struktural trem yang sudah ada sejak tahun 1869. Tapi, masih rel trem kuda waktu itu," kata Arkeolog Chairunia Arni Lisa, Rabu (16/11/2022).

Ia menuturkan, dahulu jalur trem tersebut awal mulanya dibangun untuk jenis kereta bertenaga kuda.

Baca juga: Melihat Jejak Rel Trem Peninggalan Belanda di Proyek MRT Jakarta Fase II Jalan Gajah Mada

Pada zaman itu, Belanda mempergunakan kuda sebagai tenaga untuk menarik sejumlah gerbong yang memiliki beban cukup berat.

Namun lantaran menuai protes dari orang-orang elit Eropa akibat banyaknya kuda yang mati saat itu, akhirnya kereta tersebut mulai dikembangkan untuk menggunakan tenaga uap pada kisaran tahun 1889.

Saat itu, wanita yang akrab disapa Lisa ini mengatakan bahwa lokomotif dari kereta uap tersebut diimpor langsung dari negara Jerman.

"Kemudian gerbongnya dari Belgia dan Belanda. Lokomotifnya itu menggunakan ketel uap yang diisi tenaga uap bertekanan tinggi di setiap depo-depo uap," kata Lisa.

Kondisi rel trem peninggalan zaman Belanda di lokasi proyek MRT Fase 2A.
Kondisi rel trem peninggalan zaman Belanda di lokasi proyek MRT Fase 2A. (Dok. MRT Jakarta)

Walau begitu, lagi-lagi kereta uap ini memiliki kelemahan.

Kereta bertenaga uap, dikatakan sering mengalami ledakan pada saat pengisian tenaga uap bertekanan tinggi serta sering mogok saat terkena hawa dingin.

Hingga pada akhirnya, pemerintah Belanda saat itu berpikir untuk mengganti rel trem uap dengan rel trem listrik.

Namun, tidak semua kotamadya waktu itu setuju untuk langsung beralih ke rel trem listrik.

"Kalau tidak salah, daerah Jatinegara-Kampung-Melayu itu keberatan rel trem uapnya diganti jadi rel trem listrik. Akhirnya sambil menunggu negosiasi dengan pihak kotamadya, elektrifikasi jalur rel trem tenaga uap berlangsung selama kurang lebih 2-3 tahun. 1934, ketika semua permasalahan dengan wilayah itu selesai, elektrifikasi rel tremnya pun selesai," tuturnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved