Gempa di Cianjur
Kisah Relawan SAR Tertua Gempa Cianjur Masih Berani Terjun ke Lokasi Longsor Demi Kemanusiaan
Mengenakan helm berwarna senada serta sarung tangan putih, Supriyanta sibuk mencatat jumlah korban yang ditemukan dari lokasi longsor.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Bahaya di lokasi bencana tidak lagi menghalangi niatnya.
Keyakinan dalam diri Supriyanta, jika ia tulus terjun membantu sesama, Tuhan tidak akan pernah meninggalkannya.
"Saya berangkat dari nilai kemanusiaan. Meskipun kami tidak punya materi, tapi punya tenaga untuk membantu orang lain," tegasnya.
Dari ribuan relawan potensi SAR yang terlibat pencarian korban di lokasi longsor Cianjur, bisa jadi Supriyanta yang tertua.

Namun, meski usianya sudah setengah abad, Supriyanta masih punya tenaga berjalan ke sana ke mari di area longsoran bersama tim SAR gabungan.
"Saya paling tua dari sekian banyak pengikut operasi SAR. Usia sudah 55 tahun," kata dia.
Meski secara naluri ada sedikit rasa takut, Supriyanta tetap menguatkan dirinya untuk terus bergerak membantu sesama.
Rasa takut itu lenyap disapu pengalaman dan keyakinan Supriyanta bahwa apa yang dilakukannya adalah manfaat besar bagi sesama.
"Karena SAR itu langsung ke titik pencarisn dan pertolongan, saya lebih spesifik ke operasi SAR dan secara naluri tetap ada (ketakutan)," ucap dia.
"Tapi ada SOP yang kita ikuti, APD, cara masuk ke lokasi, cara kita beraktivitas, dan lain-lain. Jadi kita yakin dan berserah kepada Tuhan," tegasnya.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News