Enggan Lebaran di Tenda, Warga Gusuran JIS Minta Tempati Kampung Susun Bayam Sebelum Idulfitri

Warga korban gusuran megaproyek JIS meminta segera diberikan kesempatan menempati Kampung Susun Bayam sebelum Idulfitri.

TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino
Tenda tempat warga bertahan di depan gerbang Kampung Susun Bayam, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Warga korban gusuran megaproyek JIS meminta segera diberikan kesempatan menempati Kampung Susun Bayam sebelum Idulfitri. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino

TRIBUNJAKARTA.COM, TANJUNG PRIOK - Warga korban gusuran megaproyek Jakarta International Stadium (JIS) meminta segera diberikan kesempatan menempati Kampung Susun Bayam sebelum Idulfitri.

Mereka enggan merayakan Hari Raya Lebaran di dalam tenda kumuh yang kini masih menjadi tempat tinggal sekitar 5 KK eks warga Kampung Bayam.

Astuti (38) mendesak Pemprov DKI Jakarta dan PT Jakarta Propertindo (JakPro) untuk segera memastikan kapan warga bisa menempati Kampung Susun Bayam.

 

Apalagi, dua bulan lagi mereka akan memperingati Idulfitri 1443 H.

"Harapan kami bisa segera masuk (Kampung Susun Bayam) sebelum lebaran Idulfitri," kata Astuti di lokasi, Selasa (21/2/2023).

Baca juga: 4 Bulan Bertahan di Tenda Demi Huni Kampung Susun Bayam, Warga Gusuran JIS Sering Sakit-sakitan

"Masa kita mau tidur di jalan, lebaran di tenda begini?," ucapnya lagi.

Terkini, warga gusuran JIS masih terus menagih janji pemerintah yang akan menempatkan mereka di hunian rusun megah itu.

Warga, kata Astuti, merasa diberikan harapan palsu karena jadwal penempatan hunian itu terus-terusan diulur.

Padahal, warga sudah diberikan nomor unit dan blok tempat mereka tinggal nantinya.

"Semua janji-jani yang diberikan nggak ada yang benar. Kita di-PHP-in terus ini, nggak ada kejelasan," katanya.

Sakit-sakitan Tinggal di Tenda

Kehidupan warga yang bertahan dalam tenda di depan gerbang Kampung Susun Bayam, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Kehidupan warga yang bertahan dalam tenda di depan gerbang Kampung Susun Bayam, Tanjung Priok, Jakarta Utara. (Gerald Leonardo Agustino/TribunJakarta.com)

Astuti juga mengatakan bahwa warga sering sakit-sakitan ketika hampir empat bulan belakangan bertahan hidup dalam tenda alakadarnya.

Kondisi tenda yang sempit dan kumuh tak pelak membuat kesehatan warga yang tinggal di dalamnya tidak terjamin.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved