Depo Pertamina Plumpang Kebakaran
PKS Minta Depo Plumpang Dipindah, Pengamat: Itu Objek Vital, Masyarakat yang Harus Direlokasi
Analis Politik dan Kebijakan Publik Adib Miftahul mendukung rencana relokasi warga Tanah Merah dari kawasan sekitar Depo Pertamina Plumpang.
Penulis: Dionisius Arya Bima Suci | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Analis Politik dan Kebijakan Publik Adib Miftahul mendukung rencana relokasi warga Tanah Merah dari kawasan sekitar Depo Pertamina Plumpang.
Menurutnya, kebijakan merelokasi warga ini lebih efektif ketimbang memindahkan depo bahan bakar minyak tersebut.
"Yang paling mudah itu adalah warganya yang direlokasi. Tinggal nanti diganti untung dan ini bisa menyelesaikan sebuah persoalan," ucapnya saat dikonfirmasi, Rabu (8/3/2023).
Menurutnya, warga perlu direlokasi lantaran lahan yang mereka tempat saat ini sangat berbahaya.
Terlebih, lahan itu seharusnya jadi buffer zone atau wilayah steril, sehingga seharusnya tidak ada pemukiman yang berdiri di kawasan tersebut.
Baca juga: Usul Permukiman Dekat Depo Plumpang Dikaji Ulang, Pengamat Minta IMB Kawasan Era Anies Dianulir
"Karena itu adalah obyek vital, warganya yang memang harus direlokasi. Tapi dengan ganti untung, saya kira dengan anggaran pemerintah itu bisa dilakukan," ujarnya.
Menurutnya, relokasi warga ini jadi pilihan yang paling tepat mengingat pemindahan depo pertamina ini pasti bakal menyedot anggaran hingga triliunan rupiah.
Pembuatan depo baru pun diprediksi memakan waktu dua tahun sehingga baru bisa dipindah pada 2024 mendatang.
Belum lagi adanya potensi gangguan distribusi BBM di wilayah Jakarta dan sekitar saat proses pemindahan depo.
"Jadi memang solusinya yang paling adalah depo itu tetap di siru dan warga yang direlokasi," tuturnya.

Hal ini diungkapkan Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) ini sekaligus menjawab soal usul Sekretaris Fraksi PKS DPRD DKI Jakarta Muhammad Taufik Zoelkifli yang menyarankan agar Depo Pertamina Plumpang dipindah ke lokasi yang lebih aman.
Adapun saran itu diberikan politikus senior PKS ini lantara kebijakan tersebut lebih memihak pada rakyat.
"Lebih baik Depo Pertamina yang direlokasi. Lebih mahal tapi lebih berpihak pada rakyat kecil," ucapnya saat dikonfirmasi, Senin (3/2/2023).
Hal ini diungkapkannya menanggapi pernyataan Presiden Joko Widodo yang memberikan dua pilihan untuk merelokasi warga atau memindah depo tersebut untuk mencegah tragedi kebakaran hebat itu terulang kembali di kemudian hari.
Anggota Komisi B DPRD DKI ini pun turut menyayangkan pihak-pihak yang justru mempolitisasi tragedi terbakarnya Depo Pertamina Plumpang pada Jumat (3/3/2023) lalu ini.
Pasalnya, belakangan banyak pihak yang justru menyalahkan eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan atas jatuhnya banyak korban dalam tragedi tersebut.
"Saat ini yang dibutuhkan warga adalah bagaimana menolong mereka. Bagaimana mengevakuasi mereka dan melihat penyebab dari kebakaran tersebut," ujarnya.
"Bukan malah memanfaatkannya sebagai senjata politik. Ini bukan saatnya," sambungnya.
Baca juga: Tangis Ibu Makamkan Anak 12 Tahunnya yang Jadi Korban Kebakaran Depo Plumpang: Tunggu Mama Ya Nak
MTZ pun pasang badan buat Anies yang menerbitkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) kawasan di lahan dekat Depo Pertamina Plumpang.
Meski IMB itu diterbitkan di atas lahan ilegal, namun menurutnya pihak yang harus bertanggung jawab atas tragedi ini ialah Pertamina.
Pasalnya, ini bukan kali pertama depo tersebut terbakar. Tragedi serupa pernah terjadi di tahun 2009 silam.
"Yang harus introspeksi duluan adalah Pertamina, bagaimana safety system di sana ditingkatkan supaya tidak terjadi lagi kebakaran di masa yang akan datang," tuturnya.
Dilansir dari Kompas.com, Presiden Joko Widodo memberikan dua instruksi usai kebakaran hebat yang terjadi di Depo Pertamina Plumpang di Jalan Tanah Merah Bawah, Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara, pada Jumat (3/3/2023) malam.
Peristiwa ini menyebabkan 19 orang dilaporkan meninggal dunia dan 49 luka-luka akibat kebakaran ini. Merujuk data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Minggu (5/3/2023), sebanyak 1.085 warga saat ini masih berada di pengungsian.
Presiden yang sempat mengunjungi posko pengungsian di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Rasela, Rawa Badak Selatan, Jakarta, Minggu, sempat menyampaikan belasungkawa kepada para korban.
"Saya ingin menyampaikan ucapan belasungkawa kepada para korban atas kejadian di Plumpang ini," ucap Presiden.
Minta Erick Thohir dan Heru Budi cari solusi
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi menginstruksikan jajarannya untuk segera mencari solusi terkait kebakaran TBBM Pertamina Plumpang.
Secara khusus, Presiden menekankan perintahnya kepada Menteri BUMN Erick Thohir dan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono.
"Saya sudah perintahkan kepada Menteri BUMN dan juga (pj) Gubernur DKI untuk segera mencari solusi dari kejadian yang terjadi di Plumpang," ungkap Jokowi.
"Terutama karena ini memang zona yang bahaya, tidak bisa lagi ditinggali, tetapi harus ada solusinya," lanjutnya.
Menurut Jokowi, ada sejumlah pilihan yang dapat diambil untuk mengatasi kejadian tersebut, mulai dari relokasi TBBM hingga relokasi warga sekitar TBBM Pertamina.
Presiden pun menyerahkan keputusan tersebut diambil oleh pihak terkait dalam waktu dekat.
"Ini segera diputuskan sehari, dua hari ini, oleh Pertamina dan (pj) Gubernur DKI sehingga solusinya menjadi jelas," tambah Jokowi.
Minta zona bahaya diaudit
Jokowi pun menuturkan bahwa sebelumnya sudah ada rencana terkait adanya jarak (buffer zone) antara permukiman warga dan TBBM Pertamina Plumpang selebar 50 meter.
Namun, rencana tersebut belum terwujud karena belum memberikan solusi bagi para penduduk sekitar.
"Tanah Merah ini kan padat dan penuh, semuanya harus carikan solusi. Saya kira keamanan masyarakat, keselamatan masyarakat harus menjadi titik yang utama," tandasnya.
Tidak hanya TBBM Pertamina Plumpang, Presiden juga menegaskan bahwa seluruh zona berbahaya yang ada di Indonesia juga harus dievaluasi dan diaudit.
Hal tersebut penting dilakukan karena berkaitan dengan keselamatan masyarakat.
"Harus dievaluasi semuanya karena menyangkut nyawa. Jadi sudah saya perintahkan semuanya mengenai itu," tutur Jokowi.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.