Bersyukur Indonesia Batal Gelar Piala Dunia U-20, PA 212 Singgung Tragedi Kanjuruhan

Persaudaraan Alumni atau PA 212 bersyukur Timnas Israel tak jadi datang usai Indonesia dicoret sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.

Tribunnews/Rina Ayu
Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Persaudaraan Alumni 212 atau PA 212, Novel Bamukmin. Terkini, Novel menyatakan PA 212 mengambil sikap netral terkait dukungan capres untuk Pemilu 2024 mendatang. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci

TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Persaudaraan Alumni atau PA 212 bersyukur Timnas Israel tak jadi datang usai Indonesia dicoret sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 oleh federasi sepak bola internasional (FIFA).

Hal ini diungkapkan oleh Wasekjen PA 212 Novel Bamukmin yang juga menyinggung soal inkonsistensi Densus 88 dalam menanggulangi teroris di Indonesia.

“Umat Islam bersyukur Israel sebagai teroris tidak jadi menginjak rumput Indonesia, karena Densus tidak komitmen terhadap pemberantasan teroris yang sesungguhnya, karena tidak berani melawan Israel sebagai negara bapaknya teroris dunia,” ucapnya saat dikonfirmasi, Jumat (31/3/2023).

Tak hanya itu, Novel juga menyinggung masalah Tragedi Kanjuruhan yang dinilai sudah lebih dulu mencoreng nama baik Indonesia di mata dunia.

Apalagi, penegakkan hukum terhadap oknum-oknum yang terlibat dalam kasus yang menewaskan kurang lebih 135 jiwa itu dinilai sangat jauh dari harapan.

“Pembatalan Piala Dunia U-20 bukan hanya kebanyakan umat Islam menolak Timnas Israel, akan tetapi Indonesia sudah tercoreng nama baiknya disebabkan Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan kurang lebih 135 orang, termasuk wanita dan anak di bawah umur,” ujarnya.

“Indonesia boleh dikatakan tercatat negara terparah kedua kasus kematian korban sepak bola dan Ketum PSSI saat itu, Iwan Bule haru tanggung jawab,” sambungnya.

Baca juga: Gelar Aksi 203, Ini Alasan PA 212 Desak Pemerintah Tolak Kedatangan Timnas Israel

Batalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di Indonesia yang seharusnya digelar pada Mei hingga Juni 2023 mendatang pun disebut Novel terjadi akibat Iwan Bule kualat dengan umat Islam.

Hal ini dikatakan Novel merujuk pada kericuhan saat aksi 411 yang dilakukan PA 212 pada 2016 silam.

Saat itu kebetulan Iwan Bule masih menjabat Kapolda Metro Jaya.

“Batalnya hajatan besar sepak bola ini karena kualat dengan umat Islam yang jelas membela agamanya dari penista agama karena tragedi gas air mata yang ditembakkan ke massa oleh oknum aparat kepolisian di aksi 411 memakan 2 korban nyawa,” tuturnya.

Ia pun turut menyalahkan Ketua Umum PSSI saat ini, Erick Thohir yang dinilai tidak fokus dalam menyelesaikan masalah keruwetan Piala Dunia U-20.

PERTEMUAN PSSI DAN FIFA- Dua foto saat Ketua Umum PSSI, Erick Thohir sedang berbincang dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino. Posisi Indonesia yang menjadi salah satu anggotanya, menurut Erick harus tunduk pada kewenangan dan keputusan yang diberikan FIFA yang membatalkan tuan rumah Piala Dunia U20.
PERTEMUAN PSSI DAN FIFA- Dua foto saat Ketua Umum PSSI, Erick Thohir sedang berbincang dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino. Posisi Indonesia yang menjadi salah satu anggotanya, menurut Erick harus tunduk pada kewenangan dan keputusan yang diberikan FIFA yang membatalkan tuan rumah Piala Dunia U20. (Tangkapan layar Twitter/@Kurawa)

Hal ini tidak terlepas dari rangkap jabatan yang dilakukan Erick Thohir lantaran ia juga kini masih menjabat sebagai Menteri BUMN.

“Erick Thohir rangkap jabatan sehingga tidak bisa fokus urus PSSI. Padahal (Presiden) Jokowi telah melarang rangka jabatan, tapi Jokowi juga yang membiarkan Erick Thohir rangkap jabatan,” tuturnya.

Novel juga turut menyinggung Presiden Joko Widodo yang dinilai tak bisa menyerap aspirasi umat Islam.

Padahal partainya sendiri, yaitu PDIP dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyatakan menolak Israel.

“Jokowi ternyata tidak mewakili rakyatnya dan umat Islam, bahkan tidak mewakili partainya dalam mendatangkan Timnas Israel karena sikap PDIP saja menolak dan juga ditolak oleh Ganjar,” kata dia.

Dilansir dari Kompas.com, Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) resmi membatalkan penyelenggaraan Piala Dunia U202 2023 di Indonesia. 

Dalam keterangan tertulisnya pada Rabu (29/3/2023) malam WIB, FIFA batal menggelar Piala Dunia U20 2023 Indonesia karena "situasi terkini" di Tanah Air.

"FIFA telah memutuskan, karena keadaan saat ini, untuk menghapus Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 2023," tulis pernyataan FIFA

FIFA tak menjelaskan lebih jauh apa yang dimaksud dengan "situasi terkini". 

Namun, situasi itu disinyalir ada hubungannya dengan polemik timnas Israel di Piala Dunia U20 2023 Indonesia.

Beberapa pihak menolak keikutsertaan timnas Israel di Piala Dunia U20 2023. 

Salah satunya adalah Gubernur Bali I Wayan Koster. 

Kolase Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali I Wayan Koster.
Kolase Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali I Wayan Koster. (Tribun Network)

Penolakan terhadap timnas U20 Israel juga datang dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. 

I Wayan Koster dan Ganjar tak mau timnas Israel bermain khususnya di wilayah mereka khususnya, atau pada umumnya di Indonesia.

Padahal, Bali (Stadion Kapten I Wayan Dipta) dan Jawa Tengah (Stadion Manahan) sudah dipersiapkan untuk menjadi tempat penyelenggaraan laga-laga Piala Dunia U20 2023. 

Suara penolakan itulah yang beberapa hari lalu mendorong FIFA membatalkan drawing Piala Dunia U20 2023 di Bali pada 31 Maret mendatang.

Indonesia Dianggap Tak Mampu 

Sebelum FIFA mencabut status tuan rumah Piala Dunia U20 dari Indonesia, anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI Arya Sinulingga menyebut bahwa induk sepak bola dunia itu telah menyoroti kondisi keamanan pelaksanaan Piala Dunia U20 di Tanah Air, seiring maraknya penolakan Israel dalam beberapa hari terakhir. 

FIFA, menurut Arya Sinulingga, tetap tegas pada pendiriannya menyangkut Israel.  

Organisasi yang dipimpin oleh Gianni Infantino itu memegang teguh prinsip keseteraan, Fair Play, anti diskriminasi. 

Indonesia dianggap gagal menyakinkan FIFA menyangkut hal itu.

"Kondisi Indonesia berat, keputusan akhir di tangan FIFA. Kita dianggap tidak mampu oleh FIFA,” kata Arya Sinulingga. 

“Mereka punya prinsip kesetaraan, fairplay, tidak ada diskriminasi yang tak bisa diganggu gugat," imbuh Arya.

 

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved