Pria Tewas Dianiaya Sekuriti Ancol

Kisah Penganiayaan Maut Hasanuddin: Kekejian Sekuriti Ancol Buat Tiga Anak jadi Yatim

Istri Hasanuddin, Upi Siti Mardiana (37) masih belum rela suaminya pergi begitu cepat dalam kondisi yang mengenaskan.

Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Acos Abdul Qodir
Kolase Foto TribunJakarta
Kolase Foto para pelaku penganiayaan dan Hasanuddin. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino

TRIBUNJAKARTA.COM, PADEMANGAN - Tindakan keji empat sekuriti tempat wisata Ancol TamanĀ  Impian di Jakarta Utara, telah merenggut nyawa Hasanuddin (42).

Buruh harian lepas itu dianiaya karena dicurigai mencuri barang di dalam kawasan Ancol, Pademangan, Jakarta Utara pada Sabtu (29/7/2023) siang lalu.

Lewat tengah malam, ada polisi yang udah kami anggap saudara lah telponin terus, suruh saya datang ke Polsek (Pademangan)

Hasanuddin dipukuli, disiram air cabai, sampai ditetesi lelehan kaki kursi yang dibakar meski tak ada bukti yang menunjukkan dirinya mencuri.

Kekerasan berujung kematian ini menyisakan luka bagi istri, tiga anak, hingga para tetangga dekat Hasanuddin.

Istri Hasanuddin, Upi Siti Mardiana (37) masih belum rela suaminya pergi begitu cepat dalam kondisi yang mengenaskan.

Padahal, Sabtu pagi Upi masih melihat suaminya sehat walafiat di rumah yang mereka tinggali di kawasan Kampung Bandan, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara.

Kala itu, Hasanuddin bangun tidur seperti biasa, lalu bercengkerama sejenak dengan Upi dan ketiga anaknya.

Tapi, Upi tak mendengar ada obrolan tertentu dari mulut suaminya, baik soal rencana kegiatan akhir pekan maupun urusan apapun.

Hasanuddin akhirnya keluar rumah pada Sabtu siang tanpa mengabarkan sang istri tujuan kepergiannya.

Kebiasaan Hasanuddin yang pergi tanpa pesan ini tak membuat curiga Upi.

Pasalnya, sang suami memang sering keluar rumah tanpa kabar untuk menjalankan pekerjaannya sebagai buruh harian lepas sekaligus aktivitasnya sebagai Ketua DPC Partai Perindo Pademangan.

"Memang dia biasa gitu, kan banyak yang dikerjain, jadi kadang keluar nggak bilang mau ke mana," ucap Upi, Jumat (4/8/2023).

Upi mulai khawatir ketika suaminya tak kunjung pulang sampai malam hari.

Apalagi, Upi tahu suaminya tak memiliki handphone makanya tidak bisa menghubungi Hasanuddin.

Di tengah kegelisahannya, Upi sempat mencari-cari sang suami di tongkrongan, sampai keluar gang Kampung Bandan.

Namun, Hasanuddin tidak ada di tongkrongannya. Rekan-rekan di tongkrongan pun tak paham di mana keberadaan Hasanuddin malam itu.

Lantaran sudah lelah mencari suaminya, Upi akhirnya pulang dan bersiap tidur, dengan harapan sang suami ada di sampingnya ketika ia bangun.

Namun, Upi terjaga dari tidurnya setelah dibangunkan anaknya pada Minggu (30/7/2023) dini hari karena ada beberapa kali panggilan masuk ke ponselnya.

Panggilan itu berasal dari seorang kerabat yang bekerja sebagai anggota Polsek Pademangan.

"Lewat tengah malam, ada polisi yang udah kami anggap saudara lah telponin terus, suruh saya datang ke Polsek (Pademangan)," kata Upi.

Polisi belum memberitahu alasan di balik pemanggilan Upi ke kantor.

Upi juga tidak menaruh curiga, dirinya hanya berpikir pemanggilan polisi malam itu terkait dengan kasus sebelumnya yang sedang diurus.

"Saya pikir kasus yang soal keponakan saya. Kan sebelumnya saya juga bolak-balik ke polsek ngurusi ponakan saya jadi korban dibacok," tutur Upi.

Tiba di Mapolsek Pademangan sekitar pukul 01.13 WIB, Upi bertemu polisi yang meneleponnya dan masih sempat bercanda.

Di sela-sela obrolan itu lah polisi tersebut memberitahukan kabar yang membuat Upi terguncang.

Upi dikabari bahwa suaminya meninggal dunia usai dianiaya lima sekuriti Ancol Taman Impian.

Meski masih tidak percaya, Upi akhirnya diberi kesempatan melihat jenazah suaminya di RS Polri Kramatjati.

Hati Upi makin pedih, suaminya sudah tak bernyawa dengan kondisi tubuh memperihatinkan.

Luka di mana-mana, baik lebam, lecet, hingga luka bakar.

Upi lantas bertanya-tanya bagaimana suaminya bisa tewas dengan kondisi semengenaskan itu.

Para Pelaku Tak Ucapkan Maaf

Upi Siti Mardiana (37) menunjukkan foto suaminya, Hasanuddin (42), yang tewas dianiaya empat sekuriti Ancol, saat ditemui TribunJakarta.com di kediamannya, wilayah Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, Rabu (2/8/2023).
Upi Siti Mardiana (37) menunjukkan foto suaminya, Hasanuddin (42), yang tewas dianiaya empat sekuriti Ancol, saat ditemui TribunJakarta.com di kediamannya, wilayah Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, Rabu (2/8/2023). (Kolase TribunJakarta.com/Ist)

Masih pada hari Minggu, Upi kembali ke Polsek Pademangan untuk turut diperiksa sebagai saksi soal kasus ini.

Saat itu polisi sudah menangkap empat tersangka, yakni P (35), H (33), K (43), dan S (31).

Di sisi lain, tersangka lainnya berinisial A masih dalam pengejaran pihak kepolisian.

Upi saat itu mendapat kesempatan berbicara empat mata dengan tersangka K.

Ia pun mencecar K dengan segelintir pertanyaan, tapi yang bersangkutan hanya diam seribu bahasa.

"Saya pun sudah ketemu langsung sama salah satu pelaku, saya menanyakan, kamu bener yang memukuli suami saya? Iya dia jawab," ungkap Upi.

"Saya tanyakan ke pelaku nggak ada barang bukti nggak ada korban kok bisa setega itu. Dia cuma diam doang nggak ada sepatah kata pun," kata Upi lagi.

Tak ada satu pun kata maaf terlontar dari mulut sekuriti tersangka penganiayaan Hasanuddin.

Upi yang sudah lelah menangisi suaminya hanya bisa berharap polisi mengungkap sejelas mungkin bagaimana kasus ini bisa terjadi.

Dicurigai Maling, Hasanuddin Disiksa Siang hingga Sore

Kapolsek Pademangan Kompol Binsar Hatorangan Sianturi menegaskan pihak kepolisian sudah bergerak cepat memproses kasus kekerasan maut ini.

Setelah empat tersangka diamankan, polisi masih akan mengejar satu pelaku lain yakni A yang masih buron.

"Tersangka A yang buron ini juga ikut melakukan pemukulan dan penendangan terhadap korban," ucap Binsar.

Sementara itu, Kanit Reskrim Polsek Pademangan AKP I Gede Gustiyana menegaskan penganiayaan yang dilakukan kelima tersangka atas inisiatif mereka sendiri.

Para tersangka sudah diwanti-wanti oleh kepala sekuriti Ancol untuk tidak memukuli korban, namun perintah itu tidak digubris alias diabaikan.

"Mereka melakukan kekerasan atas inisiatif sendiri, kepala sekuriti sudah menegaskan jangan diapa-apain si korban ini," ucap Gustiyana.

Gustiyana membeberkan, awalnya Hasanuddin diamankan dari Taman Lumba-lumba Ancol lantaran dicurigai sebagai maling.

Hasanuddin dicurigai karena terlihat keluar masuk bus pengangkut pengunjung, lalu diamankan oleh sekuriti.

Korban lalu digiring ke pos sekuriti untuk diinterogasi.

"Di pos sekuriti itu chief security (kepala sekuriti) mendudukkan korban di kursi, lalu datang lah tersangka P ini dia bilang sudah saya saja yang interogasi," jelas Gustiyana.

Penganiayaan bermula ketika kepala sekuriti meninggalkan anak buahnya di pos sekuriti untuk berpatroli di dalam tempat wisata Ancol.

Saat itu, Hasanuddin yang tadinya duduk di pos dibawa ke lapangan yang ada di belakang pos sekuriti untuk diinterogasi lebih lanjut.

Hasanuddin tak kunjung mengaku karena memang tak ada barang bukti apapun melekat padanya.

Tapi, meski tuduhan para tersangka tak bisa dibuktikan, mereka tetap dengan sadis menyiksa Hasanuddin dengan benda-benda yang bisa ditemukan di dekatnya.

Tak cuma pakai tangan kosong, kelima sekuriti ini dengan sadis memukuli korban dengan bambu dan menyabeti tubuhnya dengan kabel.

Ketika korban sudah lemas dengan tubuh penuh luka, para tersangka juga menyiramkan air cabai dan meneteskan lelehan kaki kursi yang dibakar ke badan kurus Hasanuddin.

Siksaan demi siksaan dilakukan dari siang sampai sore.

Setelah puas, para tersangka memasukkan tubuh Hasanuddin ke dalam mobil dan berniat melepaskannya di luar Ancol.

Tapi takdir berkata lain, mobil operasional yang digunakan untuk membawa tubuh Hasanuddin mogok di tengah jalan.

Para tersangka akhirnya putar balik kembali ke dalam Ancol.

Di sana lah akhirnya para tersangka mendapati tubuh Hasanuddin sudah tak bergerak alias tak bernyawa.

Karena takut dan bingung, para tersangka menelepon pimpinannya meminta arahan atas kekejian yang mereka lakukan.

"Chief security ini bilang kenapa sampai dianiaya, lalu perintahkan para tersangka untuk bawa korban ke rumah sakit," sambung Gustiyana.

Kepala sekuriti Ancol lantas menghubungi Polsek Pademangan soal kelakuan anak buahnya.

Pada Sabtu malam itu, polisi langsung meringkus empat tersangka dan memeriksa mereka.

Empat tersangka dijerat pasal berlapis yakni 170 KUHP juncto 351 KUHP tentang penganiayaan berat berujung kematian.

Mereka terancam hukuman selama 12 tahun penjara.

Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved