Apa Itu Fenomena El Nino? Begini Langkah Mitigasi yang Disiapkan Pemrov DKI

Ramai fenomena El Nino bakal menyerang Indonesia, sebenarnya apa itu El Nino serta bagaimana langkah yang disiapkan Pemrov DKI Jakarta?

Editor: Muji Lestari
BMKG
Ilustrasi El Nino. Apa itu El Nino serta bagaimana dampaknya? 

TRIBUNJAKARTA.COM - Belakangan ini masyarkat Indonesia diwanti-wanti akan datangnya fenomena El Nino.

Bahkan Pemrov DKI Jakarta sampai menyiapkan berbagai langkah mitigasi bencana dalam menghadapi fenomena El Nino di Indonesia.

Lantas, sebenarnya apa itu El Nino?

Apa Itu El Nino?

Mengutip laman BMKG, El Nino adalah fenomena pemanasan Suku Muka Laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.

Pemansan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.

Singkatnya, El Nino ini memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum.

Dampak El Nino

Menurut BMKG, El Nino memiliki dampak yang beragam dalam lingkup skala global.

Beberapa negara di kawasan Amerika Latin seperti Peru, saat terjadi El Nino akan berdampak pada meningkatnya curah hujan di wilayah tersebut.

Sedangkan di Indonesia secara umum dampak dari El Nino adalah kondisi kering dan berkurangnya curah hujan.

Langkah Mitigasi Bencana Pemprov DKI Jakarta

Berdasarkan prediksi BMKG, El Nino di Indonesia akan menguat pada bulan Agustus-September 2023.

Fenomena El Nino ini dikhawatirkan akan menyebabkan musim kemarau ekstrem serupa dengan musim kemarau yang terjadi pada 2019.

Sehingga, akan ada peningkatan kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan di beberapa wilayah.

Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta Satriadi Gunawan menjelaskan, selama Januari-Juli 2023, telah terjadi 1.034 kejadian kebakaran. Kemudian, pada 1-15 Agustus 2023 telah terjadi 88 kebakaran di DKI Jakarta.

“Beberapa dugaan penyebab terjadinya kebakaran pada periode tersebut disebabkan oleh faktor listrik sebanyak 42 kejadian, pembakaran sampah sebanyak 19 kejadian, ledakan gas sebanyak 7 kejadian, punting/api rokok sebanyak 4 kejadian, dan lainnya sebanyak 15 kejadian. Berdasarkan data tersebut, penggunaan listrik masih menjadi faktor terbesar penyebab terjadinya kebakaran di DKI Jakarta," kata Satriadi, Selasa (15/8/2023).

Satriadi menambahkan, kenaikan suhu pada musim kemarau mempengaruhi pola hidup masyarakat dalam menggunakan listrik yang berlebih.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved