Asal Usul Bioskop di Indonesia, Awalnya Cuma Bangsal Yang Dibawa Keliling Kampung
Keberadaan bioskop di Indonesia memiliki perjalanan panjang. Dulu bioskop juga dikenal dengan nama Gambar Idoep
Seorang pengusaha Cina bernama Tio Tek Hong bersama beberapa kawannya mendirikan bioskop di Pintu Air, bernama Elite.
Namun, beberapa tahun kemudian bioskop itu dijual kepada perusahaan bernama Universal Film Co.
Mengutip laman Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, dulu pada era pra-film bersua sekitar 1920an bioskop di Indonesia belum begitu banyak.
Ketika itu, beberapa film yang banyak disukai penonton seperti Fantomas, Zigomar, Tom Mix, Edi Polo, dan film lucu yang dibintangi oleh Charlie Chaplin, Max Linder, Arsene Lupin, juga lain-lain.
Dulu harga tiket bioskop di bagian selatan Kota atau Bovenstad umumnya lebih tinggi ketimbang bioskop di daerah utara kota.
Sehingga penonton bioskop di kawasan ini umumnya berasal dari lapisan masyarakat atas.
Seperti tuan toko, pemimpin perusahaan-perusahaan besar Belanda atau pegawai dan orang-orang dari golongan berduit.
Sedangkan penonton di bioskop-bioskop daerah utara kota atau daerah Kota, umumnya berasal dari golongan menengah ke bawah.
Seiring perkembangannya, kemunculan bioskop-bioskop juga semakin banyak.
Hingga menjelang kemerdekaan Indonesia di tahun 1942, beberapa bioskop yang ada di Batavia diantaranya adalah Rex di Kramat Bunder, Cinema di Krekot, Astoria di Pintu Air, Centraal di Jatinegara, serta dua bioskop yang masing-masing di Senen dan Tanah Abang.
Kemudian juga ada bioskop Thalia di Jalan Hayam Wuruk, Olimo, Orion di Glodog, dan Al Hambra.
Baca artikel menarik lainnya di Google News.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.