Mengenal Tradisi Carok, Budaya Mempertahankan Harga Diri dari Madura yang Memakan Korban Jiwa

Berikut ini asa usul tradisi carok, budaya asal madura bagi laki-laki yang siap mati demi mempertahankan harga diri.

Editor: Muji Lestari
Tangkapan Layar TribunMedan
Ilustrasi carok. Asal usul tradisi carok, budaya asal madura bagi laki-laki yang siap mati demi mempertahankan harga diri. 

Tidak ingin rakyat sengsara, Pak Sakera melakukan perlawanan dan karena itu ia menjadi buronan pemerintah. Pak Sakera akhirnya tertangkap dan dijebloskan ke penjara di Bangil, Pasuruan.

Ketika di penjara, istri Pak Sakera yang bernama Marlena direbut oleh Brodin.

Mendengar kabar itu, Pak Sakera kabur dari penjara untuk membunuh Brodin.

Selain itu, Pak Sakera membalas dendam kepada banyak orang, termasuk carik Rembang, para petinggi perkebunan, dan kepala polisi Bangil.

Namun, pemerintah dapat menjebak Pak Sakera dan segera mengeksekusinya.

Sejak peristiwa itu, orang-orang mulai berani melakukan perlawanan dengan berbekal senjata celurit, yang dianggap Pak Sakera sebagai simbol perlawanan.

Belanda menggunakan cara licik untuk menghadapi pemberontakan, yakni dengan mengutus blater (jawara desa), yang juga bersenjata celurit.

Dari situlah akar sejarah carok, yang melibatkan pertarungan celurit antara sesama orang pribumi.

Pada saat carok, mereka tidak menggunakan senjata pedang atau keris sebagaimana yang dilakukan masyarakat Madura zaman dulu, tetapi menggunakan celurit.

Celurit sengaja diberikan Belanda kepada para blater untuk merusak citra Pak Sakera.

Celurit digunakan Pak Sakera sebagai simbol perlawanan rakyat terhadap penjajah, tetapi oleh Belanda celurit disimbolkan sebagai senjata para jagoan dan penjahat.

Adu domba Belanda tersebut berhasil merasuki sebagian masyarakat Madura, bahwa bila ada persoalan, utamanya terkait perselingkuhan, perebutan tanah, dan masalah lain yang menyangkut harga diri, selalu diselesaikan dengan jalan carok.

Setelah sekian tahun Belanda meninggalkan Indonesia, carok masih menjadi tradisi yang "dilestarikan" sebagian masyarakat Madura.

Syarat dan Aturan Melakukan Carok

Dalam budaya Madura yang sebenarnya, seseorang yang melakukan carok tidak boleh asal bacok.

Ada syarat dan aturan sebelum seseorang memutuskan untuk melakukan carok.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved