Umat Islam Penuh Sukacita, Idulfitri Dimaknai Hari Kembali kepada Fitrah Manusia yang Suci

Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini menyampaikan pesan kebangsaan Idulfitri 1445 H. Idulfitri dimaknai hari kembali kepada fitrah manusia yang suci

ISTIMEWA
Pengunjung dan pegawai TMII saat melakukan pawai obor menyambut Idulfitri 1445 Hijriah di Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (9/4/2024). Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini menyampaikan pesan kebangsaan Idulfitri 1445 H. Idulfitri dimaknai hari kembali kepada fitrah manusia yang suci 

Pertama, Idulfitri mengajak setiap warga negara untuk kembali pada hakikat manusia sebagai mahluk yang spiritual, mahluk yang relijius. Yaitu sosok manusia Indonesia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia sebagai pengamalan sila pertama Pancasila : Ketuhanan Yang Maha Esa.

Manusia yang spiritual memiliki hati yang bersih, tulus, ikhlas jauh dari iri, dengki, dan prasangka buruk. Tidak ada niatan untuk mencelakai sesama anak bangsa. Tidak pula punya niatan menghancurkan bangsa yang dibangun susah payah oleh para pendiri dan pejuang bangsa ini. Jika ia seorang pemimpin ia punya kepekaan hati.

Melihat semua masalah kebangsaan dan penyelesaiannya dengan hati. Bersikap adil dan mencintai seluruh rakyatnya sepenuh hati apapun latar belakang agama, suku, budaya, kepentingan dan golongannya.

Kedua, Idulfitri menjadi momen untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Silaturahim yang dilakukan di momen hari raya tidak terbatas antar umat Islam tapi melintasi suku, agama, ras, dan antargolongan, sehingga dapat mempererat tali persaudaraan dan memperkokoh rasa nasionalisme.

Dalam praktek kehidupan berbangsa, masyarakat kita punya kearifan luar biasa.

Idulfitri tidak hanya perayaan bagi umat Islam tapi juga dirasakan oleh saudara-saudara kita di luar Islam dengan saling mengucap selamat, saling mengunjungi, dan saling berbagi bingkisan, hadiah, juga makanan. Inilah bentuk ril toleransi yang tidak sekadar basa-basi.

Ketiga, Idulfitri menjadi momen untuk meningkatkan semangat gotong royong dan kepedulian terhadap sesama.

Tradisi zakat fitrah infak dan sedekah mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan dan kepedulian terhadap orang-orang yang membutuhkan.

Inilah cermin dari pengamalan sila kedua dan kelima Pancasila, kemanusiaan yang adil dan beradab dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini sekaligus mempertebal dimensi kesalihan sosial dari ibadah puasa (dan ibadah-ibadah lainnya dalam Islam)--sehingga tidak hanya mempertebal kesalihan pribadi semata.

Keempat, Idulfitri menjadi momen untuk meneguhkan semangat kebangsaan dan nasionalisme. Nilai-nilai seperti relijiusitas, disiplin, kerja keras, konsisten, persisten, dan pantang menyerah yang diajarkan dalam Islam dapat diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Bangsa Indonesia menghadapi tantangan (juga ancaman) yang tidak mudah di tahun-tahun mendatang. Setiap warga negara dituntut untuk memiliki semangat nasionalisme yang kokoh sekaligus produktif sehingga bukan saja tidak luntur oleh tantangan dan ancaman tapi juga terus bergerak maju (berkemajuan).

Globalisasi dan kemajuan teknologi informasi membawa dampak positif sekaligus dampak negatif. Nasionalisme bangsa mendapatkan tantangan sekaligus ancaman dari "isme-isme" lain yang dominan seperti liberalisme, sekularisme, kapitalisme, individualisme, hingga ancaman terorisme dan radikalisme.

Jika tidak hati-hati dan antasipasi dalam mengahadapi tantangan dan ancaman tersebut, bangsa kita bisa kehilangan jati diri dan karakternya yang sejati. Sehingga mudah terombang-ambing, tidak punya prinsip dan pendirian, tidak punya martabat dan kemandirian. Momentum Idulfitri harus mampu mempertebal jati diri dan mengokohkan nasionalisme bangsa.

Kesimpulan

Idulfitri bukan hanya tentang perayaan keagamaan, tetapi juga momentum untuk memperkuat nilai-nilai kebangsaan seperti relijiusitas, persatuan, toleransi, gotong royong, dan nasionalisme. Dengan mengamalkan nilai-nilai tersebut, umat Islam dapat berkontribusi dalam membangun bangsa Indonesia yang lebih maju dan sejahtera. Selamat Hari Raya Idulfitri 1445 Hijriah. Mohon Maaf Lahir dan Batin

Dapatkan Informasi lain dari TribunJakarta.com via saluran Whatsapp di sini

Baca artikel menarik TribunJakarta.com lainnya di Google News

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved