Mahasiswa STIP Jakarta Meninggal Dunia

Bukan soal Baju Olahraga, Pembina di STIP Duga Motif Pembunuhan Putu Satria Karena Cemburu

Pembina di STIP mengungkapkan dugaan motif Tegar Rafi Sanjaya menganiaya Putu Satria Ananta Rustika hingga tewas.

|
TribunJakarta
Kolase foto Tegar Rafi Sanjaya (kiri) dan Putu Satria (kanan). Putu tewas dianiaya seniornya, Tegar, diduga karena alasan cemburu sosial. 

"Ada penindakan terhadap junior, karena dilihat ada yang salah menurut persepsinya senior, sehingga dikumpulkan di kamar mandi," kata kata Gidion, Sabtu (4/5/2024).

Sebenarnya, Tegar tidak sendiri pada aksi kekerasan senioritas itu.

Gidion menjelaskan, saat peristiwa terjadi, Putu sedang bersama empat temannya.

Sementara, Tegar pun bersama empat temannnya.

Selain Putu, rencananya Tegar dan empat teman seangkatannya di tingkat 2 akan menghajar empat junior lainnya yang merupakan teman korban.

Tegar Rafi Sanjaya (21), ditampilkan di hadapan awak media dalam konferensi pers tewasnya taruna STIP Jakarta, Sabtu (4/5/2024) malam di Mapolres Metro Jakarta Utara
Tegar Rafi Sanjaya (21), ditampilkan di hadapan awak media dalam konferensi pers tewasnya taruna STIP Jakarta, Sabtu (4/5/2024) malam di Mapolres Metro Jakarta Utara (TribunJakarta)

Namun, Putu yang berada di urutan pertama untuk dipukul sudah terlanjur lemas dan terkapar sehingga pemukulan terhadap empat taruna lain pun dibatalkan Tegar dan rekan-rekannya.

"Yang dikumpulkan di kamar mandi ini ada lima orang. Nah, korban ini adalah orang yang mendapatkan pemukulan pertama dan yang empat belum sempat," kata Gidion.

"Tradisi taruna" membuat Tegar semena-mena dengan Putu cuma karena perkara baju olahraga.

Di kamar mandi, Tegar memukul Putu sebanyak lima kali di bagian ulu hati.

Kemudian, ketika korban lemas dan tak sadarkan diri, tersangka Tegar memasukkan tangannya ke dalam mulut korban dengan niat melakukan pertolongan.

Nahas, nyatanya korban malah meninggal dunia.

Gidion mengatakan, berdasarkan hasil autopsi, ditemukan luka di bagian ulu hati korban yang menyebabkan pecahnya jaringan paru-paru.

Kemudian, polisi juga mendapati bahwa penyebab hilangnya nyawa korban yang paling utama adalah upaya pertolongan yang tidak sesuai prosedur dilakukan oleh tersangka.

"Ketika dilakukan upaya, menurut tersangka ini adalah penyelamatan, di bagian mulut, sehingga itu menutup oksigen, saluran pernapasan, kemudian mengakibatkan organ vital tidak mendapat asupan oksigen sehingga menyebabkan kematian," jelas Gidion.

Gidion menyebut lima kali pemukulan bukan faktor hilangnya nyawa Putu.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved