BP2MI Kena Dampak Bobolnya Pusat Data Nasional, Benny: Data 5 Juta PMI Lenyap, Untung Ada Backup
Peretasan terhadap Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) sejak Kamis (20/6/2024) lalu ternyata juga berdampak kepada sistem data yang dikelola BP2MI.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Rr Dewi Kartika H
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, KELAPA GADING - Peretasan terhadap Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) sejak Kamis (20/6/2024) lalu ternyata juga berdampak kepada sistem data yang dikelola Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia.
Imbas serangan peretas, data sebanyak lebih dari 5 juta pekerja migran Indonesia lenyap.
“Di hari pertama serangan siber ke PDN, saya langsung meminta laporan dari kepala pusat data dan informasi BP2MI. Serangan itu dialami juga, berdampak ke BP2MI,” kata Kepala BP2MI Benny Rhamdani di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu (30/6/2024).
Benny mengatakan, data 5 juta lebih pekerja migran yang hilang akibat serangan peretas itu tersimpan dalam satu sistem penyimpanan yang dikelola Pusat Data dan Informasi BP2MI.
Untungnya, BP2MI masih memiliki penyimpanan cadangan sehingga data-data yang hilang tadi masih bisa terselamatkan.
“Jadi backup itu tidak hanya satu, tapi ada dua backup yang selama ini dilakukan oleh BP2MI. Nah, satu backup ini yang korban, jadi yang sudah hilang. Tapi untung kita masih punya backup yang satu lagi,” ucap Benny.
Benny memerinci, data yang hilang itu yang pertama mencakup data internal BP2MI, terutama terkait kepegawaian.
Kemudian, yang terpenting adalah data 5 juta lebih pekerja migran Indonesia, mencakup identitas dan seluk beluk pekerjaan mereka di luar negeri.
“Jadi itu mencakup siapa mereka, berasal dari mana, sekarang sedang berada di negara apa, apa pekerjaan mereka, gajinya berapa, sedang bekerja di perusahaan apa, kapan dia berangkat, kapan dia berakhir kontrak, itu semua ada dalam sistem kita, bahkan titik koordinat dia tinggal,” kata Benny.
Meski cukup lega BP2MI masih memiliki penyimpanan cadangan, Benny mengaku tetap khawatir jika ke depannya data-data PMI bisa saja terkena serangan peretas.
Kehilangan data ini bisa berdampak buruk bagi para PMI secara pribadi dan negara, yang pastinya akan kesulitan melacak para pekerja di luar negeri untuk memberikan perlindungan maksimal terhadap mereka.
“Anda bisa bayangkan kalo serangan hacker itu berdampak pada hilangnya keseluruhan data 5.030.000 pekerja migran Indonesia, otomatis negara akan kehilangan jejak untuk memastikan 5 juta pekerja kita ada di mana,” ungkapnya.
Benny menambahkan, ke depannya BP2MI akan terus bekerjasama dengan Badan Siber dan Sandi Negara untuk mengantisipasi serangan-serangan siber yang dapat membahayakan data nasional, seperti ransomware yang dialami PDNS.
Ia juga berencana memperkuat perlindungan data para PMI dengan memperbanyak sistem penyimpanan cadangan.
“Tapi perangkat kerasnya juga harus dipersiapkan, yaitu server kita, dan ini kan membutuhkan biaya yang tidak kecil ya,” pungkas Benny.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.