Pilkada 2024

Pengamat: Mundurnya Airlangga Perpanjang Rentetan Peristiwa di Luar Nalar Golkar Jelang Pilkada

Airlangga Hartarto menyatakan mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum Partai Golkar. Apa kata pengamat?

Istimewa
Menko Airlangga Hartarto memastikan akan memenuhi hak-hak masyarakat terdampak Program Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco City di Provinsi Kepulauan Riau 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra

TRIBUNJAKARTA.COM - Airlangga Hartarto menyatakan mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum Partai Golkar.

Keputusan itu disampaikan langsung oleh Airlangga melalui sebuah tayangan video.

Menurut Pengamat politik sekaligus Direktur Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti, keputusan Airlangga itu menambah deretan peristiwa di luar nalar yang terjadi di Golkar dalam sepekan terakhir.

"Hanya berbilang satu minggu, tiga peristiwa menggunjang Golkar. Dan merupakan peristiwa yang sulit dinalar," kata Ray, Minggu (11/8/2024).

Peristiwa di luar nalar yang pertama, ujar Ray, yakni perihal keputusan Golkar mengusung mantan kadernya yang kini berseragam Gerindra, Dedi Mulyadi untuk maju di Jawa Barat.

Padahal, Golkar memiliki kader berstatus petahana yang memiliki elektabilitas kuat di Jawa Barat yakni Ridwan Kamil.

Sedangkan peristiwa di luar nalar kedua yakni Golkar justru menugaskan RK di Jakarta yang elektabilitasnya kalah jauh dari Anies Baswedan.

Kemudian yang terbaru yakni soal pengunduran diri dari Airlangga Hartarto sebagai Ketum Golkar.

"Pernyataan mundur Airlangga ini jelas sangat mengejutkan alam semesta politik Indonesia. Bukan saja karena ia merupakan ketum salah satu parpol besar di Indonesia, tapi juga karena tidak ada alasan yang terdengar logis, jelas dan konstitusional untuk mundur. 

Oleh karena itu, pengunduran diri AH itu terdengar aneh, tiba-tiba dan tentu saja mengejutkan," papar Ray.

Ray mengungkapkan beberapa analisanya terkait mengapa pengunduran diri Airlangga ini dirasa sangat di luar nalar.

"Umumnya ketum mundur atau dimundurkan karena tiga hal. Pertama, melakukan tindakan yang melanggar hukum. Kedua, dinyatakan tidak sukses dalam program dan kinerja serta yang ketiga melakukan tindakan yang melanggar aturan partai," kata Ray.

Menurut Ray, ketiga hal ini tidak ditemukan dalam pemunduran diri Airlangga.

"Alih-alih terjadi seperti di atas, yang ada malah sebaliknya. Airlangga sukses membawa Golkar meningkatkan perolehan suara pada pileg 2024 lalu. Saat yang sama, sukses pula memenangkan Presiden dan Wakil Presiden," kata Ray.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved