Polemik Gas Tiga Kilogram

'Gerah Muter Kampung' Lelahnya Warga Jaksel Datangi 10 Warung Demi Gas 3 Kg Akhirnya Buat Pantun

Gunawan (39), warga Lenteng Agung, Jakarta Selatan curhat perjuangannya mencari gas 3 Kg, Senin (3/2/2025). Bikin pantun soal gas langka.

|

TRIBUNJAKARTA.COM - Gunawan (39), warga Lenteng Agung, Jakarta Selatan curhat mengenai perjuangannya mencari gas 3 kilogram pada hari ini, Senin (3/2/2025).

Bahkan, Gunawan harus mendatangi 10 warung dan dua pangkalan gas demi mencari tabung gas melon

Ayah dua anak itu berkeliling kampung di rumahnya mulai dari RT 1. 

Ia akhirnya mendapatkan tabung gas 3 kilogram seharga Rp 25 ribu di RT 12 Lenteng Agung.

Gunawan mencari gas mulai pukul 06.00 WIB bersamaan dengan mengantar anaknya ke sekolah. Ia kembali mencari tabung gas pada pukul 09.00 WIB.

"Pas lagi mendung. Panas-panas dikit dan mendung. Sampai gerah muter-muter kampung bawa gas," kata Gunawan kepada TribunJakarta.com.

Gunawan menceritakan tabung gas 3 Kg kosong saat dirinya mendatangi dua pangkalan. "Cuma ada gas pink dan biru," imbuhnya.

Tak hanya dirinya, Gunawan menuturkan banyak tetangga khususnya ibu-ibu menenteng gas berkeliling kampung demi mendapatkan gas tiga kilogram.

"Di sini gak ada yg sampe ngantri di pangkalan. Karena pangkalan semuanya habis stok," imbuhnya.

Gunawan mengaku heran dengan sikap pemerintah yang selalu membuat sulit masyarakat.

"Bahkan tega ngeliat masyarakat pada antre. Kok tega. Saya berharap pemerintah bisa segera mengatasi kelangkaan ini," katanya.

Akhirnya, Gunawan membuat pantun bertemakan gas 3 Kg yang langka.

"Beli beras di Cinangka
Pulangnya lewat sasak Beji
Gara gara gas lagi langka
Mau masak sampe gak jadi," ujar Gunawan.

Sedangkan, Nita, warga Lenteng Agung, Jakarta Selatan tak bisa menutupi rasa senangnya setelah berhasil mendapati satu buah tabung gas melon 3kg pada Senin (3/2/2025) siang.

Dimana, dia mendatangi langsung agen gas elpiji di Jalan Raya Lenteng Agung pada pukul 11.30 WIB. 

Disana, Nita berhasil menukarkan tabung gas 3kg yang telah kosong, dengan yang baru.

Sejak pukul 07.00 WIB, wanita yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang ini kesulitan mendapatkan gas berukuran 3kg di daerah tempat tinggalnya. 

Bahkan, dia sampai diantar oleh sang suami berkeliling kesejumlah tempat dan warung dengan sepeda motornya untuk mencari gas 3kg.

“Nyari sampai dekat Keluarahan (Jagakarsa), ke warung-warung juga enggak ada,” kata suami Nita, Senin.

“Nyari ke warung-warung ga ada,” timpal Nita.

Nita pun mengaku kesulitan untuk berdagang, lantaran sulit mencari gas berukuran 3kg. Bahkan, dia sampai meminta tolong kepada agen elpiji untuk memberikan gas 3 kg.

“Minta tolong satu (gas) saja Pak, kesusahan buat dagang soalnya,” ujar Nita kepada pengelola agen elpiji.

Pengelola agen pun memberikan gas 3kg yang baru kepada Nita.

Suami Nita pun mengaku bersyukur bertemu agen elpiji yang mau memberikan gas 3kg. Sebab, dirinya tampak kebingungan harus mencari kemana lagi.

“Untuk disini boleh ngasih, berarti agennya baik ini. Kadang ada yang enggak ngasih,” kata suami Nita.

Sementara, pekerja di agen elpiji Lenteng Agung mengaku tidak mengetahui persis soal terjadinya kelangkaan gas 3kg di masyarakat. 
Sebab, agennya hanya beroperasi untuk mendistribusikan ke distributor.

Diketahui, mulai tanggal 1 Februari 2025, pemerintah telah memberlakukan kebijakan baru yang melarang pengecer untuk menjual gas elpiji 3 kg.

Menurut Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung, pengecer yang ingin tetap berjualan elpiji bersubsidi harus terdaftar sebagai pangkalan atau subpenyalur resmi Pertamina.

“Jadi pengecer kita jadikan pangkalan. Mereka harus mendaftarkan nomor induk perusahaan terlebih dulu,” ungkap Yuliot di Jakarta pada Jumat, 31 Januari 2025.

Pendaftaran dapat dilakukan melalui sistem Online Single Submission (OSS) untuk mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB).

Dengan pendaftaran yang lebih terintegrasi melalui data kependudukan, diharapkan proses ini menjadi lebih mudah.

Yuliot menjelaskan bahwa tujuan dari kebijakan ini adalah untuk memastikan distribusi elpiji bersubsidi lebih tepat sasaran dan mengurangi potensi penyimpangan dalam distribusi.

Melalui pendekatan ini, diharapkan rantai distribusi yang lebih pendek akan berkontribusi pada stabilitas harga elpiji 3 kg.

“Kita ingin memastikan harga yang diterima masyarakat sesuai dengan batasan yang ditetapkan pemerintah,” tegas Yuliot.

Distribusi elpiji 3 kg ini diatur dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 37 Tahun 2023, yang mengharuskan penjualan elpiji hanya boleh dilakukan oleh subpenyalur yang memiliki NIB.

Pertamina, sebagai badan usaha yang mendistribusikan elpiji, juga diwajibkan untuk melaporkan daftar subpenyalur kepada Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM.

Sementara itu, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia secara tegas membantah adanya kelangkaan elpiji 3 kg.

Dalam sebuah acara di Bogor, ia menyatakan bahwa pemerintah sedang menata pengelolaan elpiji untuk mencegah oknum menaikkan harga.

“Elpiji itu tetap ada. Sekarang lagi ditata kelolanya agar tidak boleh ada oknum yang menaikkan harga elpiji 3 kg,” kata Bahlil.

Dia juga menegaskan bahwa stok elpiji 3 kg aman menjelang bulan Ramadan dan memastikan tidak ada pengurangan kuota subsidi, yang tetap sebesar Rp 87 triliun. (TribunJakarta.com/Tribunnews.com)

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved