2 Eks Intelijen Pangkat Bintang 3 Cerita Kisah Hercules di Timtim: Gudang Senjata hingga Pengawalan

Dua nama besar dari korps Kopassus mengenal Hercules dari sejak di Timor Timur (Timtim), sekarang Timor Leste.

TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
KISAH HERCULES - Hercules Rosario Marshall (kiri) saat menjalani sidang vonis di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Kamis (8/5/2014). Hercules yang didakwa pemerasan dan pencucian uang ini divonis majelis hakim dengan pidana penjara tiga tahun, denda Rp 50 juta serta subsider tiga bulan. Kini, sosok Hercules kembali mencuat karena isu premanisme. Sejarahnya dikuak dua eks intelijen Indonesia. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) (2001-2004), Jenderal TNI (HOR) (Purn) Abdullah Mahmud Hendropriyono dan Kepala Badan Intelijen Strategis (Bais) (2015-2016), Letjen TNI (Purn) Yayat Sudrajat, mengungkap kisah di balik sosok Ketua Umum Grib Jaya, Hercules.

Dua nama besar dari korps Kopassus itu mengenal Hercules dari Timor Timur (Timtim), sekarang Timor Leste.

Sebagai informasi, Hercules merupakan pria asal Timtim yang akhirnya menyeberang ke Indonesia. Ia menjadi tenaga bantuan operasional (TBO) pasukan Kopassus pada masa operasi pendudukan Indonesia di Timtim, medio 1970-1990-an.

Sosok yang pernah dijuluki preman hingga mafia itu akhirnya memutuskan menyeberang ke Indonesia, saat rakyat Timtim memilih melepaskan diri NKRI.

Heroisme

Hendropriyono mengonfirmasi soal peran penting Hercules di Timor Leste.

Profesor bidang filsafat intelijen itu ikut terjun pada Operasi Seroja semasa berpangkat perwira pertama. Ia mengungkap betapa tentara mempercayai Hercules.

"Dulu dia (Hercules) waktu di Timor Timur (sebutan sebelum menjadi Timor Leste), dia itu kita percaya pegang kunci gudang senjata dan peluru. Dia yang pegang," katanya seperti dikutip dari YouTube Prof. Rhenald Kasali yang tayang pada Minggu (4/5/2025). 

Jasa menjadi kuncen gudang senjata itu membuat Hendropriyono meminta Hercules tidak dibunuh secara perdata karena perkara premanisme.

Yang dimaksud dengan pembunuhan secara perdata, menurut Hendropriyono, adalah perundungan atau pembunuhan karakter.

Menurut Hendropriyono, heroisme Hercules membantu Indonesia perlu tetap dipandang.

"Orang yang begitu dipercaya sekarang berbuat apapun, istilah katanya jangan dibunuh dong, jangan dibunuh walaupun pembunuhan itu perdata. Lalu nasionalisme dia (Hercules) langsung padam, bukannya saya mau bela premanisme, saya tetap anti premanisme tapi kita kan punya hati nurani."

"Kalau cuma Hercules soal kecil, kita kan mikirnya perang global dong," pungkas eks Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) itu.

Nyali Penakut

Sementara itu, Yayat Sudrajat mengungkap sosok Hercules yang kini kerap ditakuti dengan ormasnya, justru bernyali penakut ketika di kampung halaman, Timor Leste.

Semasa jajak pendapat 1999 yang akhirnya membuat Timtim lepas dari Indonesia, Yayat saat itu masih berpangkat Letnan Kolonel.

Ia diterjunkan ke Timtim dari Kopassus sebagai Dansatgas Intelijen Tribuana 8.

Yayat memiliki misi memastikan jajak pendapat atau referendum berjalan baik.

Pada satu momen, Yayat yang sedang berada di Dili, didatangi Hercules.

Membawa nama senior Yayat, yakni Zacky Anwar Makarim.

Sebagai gambaran, Yayat merupakan lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1982, sedangkan Zacky lulusan Akabri tahun 1971.

Hercules datang ke Yayat untuk minta dikawal pulang ke kampung halaman, di sebuah daerah di Timtim.

Ia tidak berani pulang sendirian karena situasi masih kacau saat itu.

"Intinya bahwa dia mau ke kampung halamannya dia tidak berani karena memang di sana pada saat itu di mana-mana chaos,  sehingga ya karena dia bawa nama Pak Zacky Anwar, ya saya siapkanlah ya dan aman gitu," kata Yayat bercerita di kanal Youtube Hersubeno Point, tayang, Minggu (4/5/2025).

Dengan jasa itu, seharusnya Hercules berterima kasih kepada TNI dan menghormati setiap pasukan serta purnawirawannya.

"Itulah ya si Hercules lah, dan semua orang tahulah kalau si Hercules itu memang preman gitu loh"

"Dan dia bisa hebat seperti itu, menurut dia ya, kalau saya enggak hebat gitu kan, tadi sudah disampaikan, dia balik ke kampungnya aja dia takut balik ke kampungnya."

"Dia takut pada saat jajak pendapat, saya ketemu dia, dia minta bantuan saya untuk 'Pak tolong saya mengawal saya,' dengan membawa nama Pak Zacky Anwar," paparnya.

Yayat begitu marahnya dengan Hercules sampai-sampai menyebut dadanya ingin meledak.

Seharusnya, kata Yayat, Hercules harus selalu ingat utang budinya kepada TNI yang membawanya ke Indonesia.

"Sebenarnya dada ini pengin meledak gitu loh dengan omongan-omongan dia itu ya enggak tahu diri ya."

"Saya walaupun misalnya berseberangan dengan siapa gitu dengan senior saya gak akan mungkin saya mau bicara kemudian menghinakan senior saya," jelas Yayat.

Menurut Yayat, Hercules ke Indonesia bukan karena cinta Merah Putih, melainkan karena nyalinya takut tinggal di tanah kelahirannya.

"Mungkin dia enggak ngerti, enggak paham gitu apa sih etika budaya di Indonesia karena dia kan awalnya dari Timtim. Dan dia juga bukan karena cinta ke Indonesia dia lari dari sana takut dia," kata Yayat.

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved