KH Imam Jazuli Ingatkan Pemerintah Soal Sekolah Rakyat: Benahi Dulu Banyak Sekolah Meprihatinkan

Sekolah Rakyat program Pemerintahan Prabowo  Subianto dengan menyedot anggaran senilai Rp 1,19 triliun dianggap terlalu besar dan tidak proporsional.

Editor: Y Gustaman
Dok. Pesantren Bina Insan Mulia via Tribunnews
KRITISI SEKOLAH RAKYAT - Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon KH. Imam Jazuli, mengkritisi program Sekolah Rakyat yang digagas Pemerintahan Prabowo Subianto melalui Kementerian Sosial. Program yang menyedot APBN senilai Rp 1,19 triliun dianggap terlalu besar dan tidak proporsional. Ironisnya masih banyak sekolah yang saat ini kondisinya sangat memprihatinkan. 

Jika laptop-laptop itu dialokasikan ke sekolah yang membutuhkan, dampaknya hanya bisa mengurangi kebutuhan sebesar 2,3 persen. Masih tersisa 75,4 persen kekurangan perangkat. Artinya, program Sekolah Rakyat tidak berdampak secara keseluruhan.

Kiai Imam mempertanyakan, seandainya Rp 1,19 triliun dan 9.700 unit laptop diberikan kepada sekolah-sekolah yang ada, apakah generasi emas masa depan tidak akan lahir?

"Jika seluruh anggaran untuk program Sekolah Rakyat dialokasikan untuk memperbaiki sekolah yang sudah berjalan, apakah Indonesia Emas 2045 tidak akan terwujud?” lanjut Kiai Imam. 

Jika menjawab “tidak”, artinya Pemerintah meragukan pencapaian dan kerja Kementerian Pendidikan. Pernyataan semacam itu sama saja mengakui sistem pendidikan saat ini gagal, sehingga perlu hadir program baru lebih baik lewat Sekolah Rakyat. Dengan begitu kebijakan pemerintah tidak solid, karena masing-masing kementerian berjalan sendiri-sendiri dengan program masing-masing.

Menurut Kiai Imam, problem utama bangsa ini bukan pada kualitas lembaga tapi kebijakan pendidikan. Ada kesan kuat bahwa Pemerintah tutup mata terhadap banyak sekolah tidak layak, baik dari sisi infrastruktur maupun sumber daya manusianya.

“Jika pun melek, pemerintah pura-pura tidak melihat,” tegas Kiai Imam.

Didasari kepura-puraan itu muncullah ide-ide baru tanpa menyelesaikan masalah yang ada. Ibarat seseorang yang terluka tapi pura-pura tidak tahu, lalu bercita-cita bekerja lebih giat tanpa mengobati lukanya. Cita-cita baru hanya mimpi tak berdasar, jika masalah lama tak diselesaikan.

“Lagi pula, apakah rakyat akan bangga dengan program Sekolah Rakyat itu di tengah kondisi banyak sekolah yang ada justru menyayat hati?” lanjutnya.

Jika harus menilai secara jujur, Kiai Imam meyakini program Sekolah Rakyat ini sama sekali tidak menyentuh kebutuhan riil masyarakat akar rumput. Program ini, katanya, tidak merakyat, tidak populer, dan tidak relevan. 

Relevansi Sekolah Rakyat akan mendapatkan gongnya apabila 421 ribu sekolah yang tak punya komputer dibelikan komputer, sekolah yang tak punya atap dibelikan genteng dan diperbaiki atapnya, sekolah yang berdinding anyaman bambu dibangunkan gedung. 

Ia mengingatkan pemerintah berhenti berpikir tidak efisien di tengah jargon efisiensi anggaran. Uang APBN Rp 1,19 triliun terlalu besar bagi rakyat, jika outputnya sangat kecil. Buatlah program benar-benar tepat sasaran, tepat guna dan tepat anggaran.

"Jangan tunjukkan orkestrasi kulit luar tanpa kedalaman dan ketulusan. Sebab seberapapun uang rakyat adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan di dunia dan akhirat,” pesan Kiai Imam Jazuli. 

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved