Trauma Jadi Korban Bully di Sekolah Umum, Jadi Alasan Orangtua Pilih Sekolahkan Anaknya di SLB  

Sejumlah siswa baru jenjang SMA di Sekolah Luar Biasa (SLB) 5 Jakarta ternyata berasal dari lulusan SMP reguler. Apa alasannya?

TribunJakarta.com/Elga Hikari Putra
MPLS HARI PERTAMA - Para siswa di SLB 5 Jakarta mengikuti MPLS hari pertama bersama para siswa SD dan SMP di sekolah tersebut, Senin (14/7/2025). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, PALMERAH - Sejumlah siswa baru jenjang SMA di Sekolah Luar Biasa (SLB) 5 Jakarta ternyata berasal dari lulusan SMP reguler.

Ada kisah getir yang membuat mereka kemudian harus melanjutkan pendidikannya di SLB.

Adapun di tahun ajaran 2025/2026, total ada 20 siswa SLB 5 Jakarta untuk kategori SMA.

Salah satu orangtua murid, Anita mengatakan, saat SMP anaknya bersekolah di sekolah umum di wilayah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Namun anaknya kerap mendapatkan perundungan atau bully dari sejumlah rekannya lantaran dianggap tak mampu mengikuti pelajaran.

Hingga akhirnya atas rekomendasi dari sejumlah pihak, Anita memutuskan untuk melanjutkan pendidikan sang anak di SLB 5 Jakarta.

"Karena dia suka dibully di sekolahnya pas SMP. Akhirnya saya masukin dia sekarang di SLB," kata Anita ditemui saat menemani sang anak mengikuti MPLS hari pertama di SLB 5 Jakarta, Slipi, Jakarta Barat, Senin (14/7/2025).

Disampaikan Anita, di hari pertama MPLS, sang anak nampak lebih ceria kala berbaur dengan teman barunya di SLB 5 Jakarta.

"Tadi pas baru datang terus ketemu guru dan teman-temannya dia senang sih. Mungkin karena dia merasa lebih diterima daripada sama temen-temennya di sekolah yang lama," kata Anita.

Ia pun berharap di sekolah barunya, sang anak bisa jadi lebih mandiri.

Cerita hampir sama disampaikan oleh Suryati. Anak Suryati awalnya sekolah di sekolah umum saat SD. 

Namun karena mendapatkan bully, sang anak yang memang mengalami hambatan intelektual akhirnya dipindahkan ke SLB hingga akhirnya tahun ini sudah berseragam SMA.

"Ya namanya anak kita  beda, kadang-kadang suka dibully," kata Suryati.

Untuk diketahui, murid-murid di SLB 5 Jakarta ini dibagi ke dalam dua kelas pembelajaraan yakni untuk kategori tuna rungu atau hambatan pendengaran dan tuna grahita yang menghalami hambatan intelektual.

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

 

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved