Viral di Media Sosial

Dedi Mulyadi Kritik Emak-emak yang Antar Anak Sekolah Sampai Depan Kelas, Bandingkan dengan Ni Hyang

Dedi Mulyadi mengkritik tindakan emak-emak yang kerap mengantarkan anak mereka hingga ke depan kelas. Bandingkan dengan Ni Hyang.

Instagram Dedi Mulyadi
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengkritik tindakan emak-emak yang kerap mengantarkan anak mereka hingga ke depan kelas, Selasa (29/7/2025). 

TRIBUNJAKARTA.COM - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengkritik tindakan emak-emak yang kerap mengantarkan anak mereka hingga ke depan kelas.

Hal tersebut disampaikan Dedi Mulyadi kepada Kompas.com, Selasa (29/7/2025).

Di awal pembicaraan Dedi Mulyadi membahas soal aksinya  menghentikan rombongan pelajar yang mengendarai motor tanpa helm dan merokok di jalan.

Video itu viral di media sosial. Dalam video yang diunggah akun Instagram @bandungterkini, Dedi Mulyadi tampak turun langsung dari mobilnya dan menegur para siswa yang tampak abai terhadap aturan lalu lintas dan etika di ruang publik. 

Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa peristiwa itu terjadi di kawasan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung, Senin (28/7/2025), sepulang dirinya meninjau laporan warga terkait bau menyengat dari pabrik pengolahan bulu ayam. 

“Saya pulang dari IPDN Jatinangor, mampir ke Cipeundeuy cek laporan warga soal bau pabrik bulu ayam. Pulangnya lihat gerombolan anak merokok dan naik motor tanpa helm,” kata Dedi Mulyadi dikutip TribunJakarta.com dari Kompas.com.

Ia mengaku prihatin dengan sikap para pelajar yang ditemuinya di jalan tersebut. 

Selain tidak mengenakan helm dan merokok, menurut Dedi Mulyadi, para siswa itu menunjukkan gestur seolah tidak mengerti aturan dasar dalam berperilaku. 

“Saya juga lihat sikapnya nyaris seperti tak mengerti aturan apapun. Ini pekerjaan rumah yang harus kita benahi bersama,” ujar dia. 

Emak-emak Antar Anak hingga ke Depan Kelas

Menurut Dedi Mulyadi, pendidikan bukan hanya soal belajar di kelas, tapi mencakup seluruh proses pembentukan karakter, termasuk dari rumah menuju sekolah dan sebaliknya. 

“Pendidikan itu bukan hanya tentang belajar di sekolah. Tapi rangkaian dari rumah ke sekolah dan sebaliknya itu adalah pendidikan juga,” tegasnya. 

Dedi Mulyadi mencontohkan pengalaman pribadi saat mengantar anak bungsunya, Ni Hyang, bersekolah di SD. 

Menurut Dedi Mulyadi, anak sebaiknya dibiarkan berjalan kaki ke sekolah.

Ia mengkritisi budaya antar-jemput anak yang terlalu memanjakan siswa hingga ke depan ruang kelas.

“Saya lihat guru terlalu fokus belajar di kelas. Guru biarkan emak-emak antar anaknya sampai depan kelas. Saya minta jangan sampai depan banget, biarkan anak jalan kaki, itu bagian dari pendidikan juga,” tuturnya. 

Tak hanya itu, ia juga menyoroti soal budaya kebersihan di sekolah. 

Dedi Mulyadi mengamati, banyak siswa yang tidak dilibatkan dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah, sehingga kesadaran ekologis mereka tidak terbangun sejak dini. 

“Jumlah anak-anak itu ratusan. Tapi yang nyapu halaman sekolah hanya petugas kebersihan. Anak-anak tidak dilibatkan. Padahal, menyapu dan memungut sampah itu juga bagian dari pendidikan karakter,” ucap Dedi Mulyadi.

Ia mengungkapkan bahwa karakter anak bisa terbentuk lewat pengalaman langsung. 

Menurut Dedi Mulyadi Ni Hyang, misalnya, sudah menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan karena terbiasa mengamati perilaku orang di sekitarnya. 

“Ni Hyang itu sudah terbentuk karakternya. Waktu lihat orang buang sampah sembarangan, dia komplain, ‘Kok ada orang buang sampah sembarangan ya.’ Itu karena ia diajarkan dari kecil,” ungkapnya. 

Dedi Mulyadi menilai, sistem pendidikan saat ini terlalu fokus pada penyampaian kurikulum tanpa memberi ruang cukup untuk penghayatan nilai-nilai kehidupan. 

“Sekolah hari ini hanya menyampaikan pesan Mendikdasmen, ini lho sesuatu yang harus disampaikan. Guru disibukkan mengejar target, misalnya menyampaikan 1.000 halaman pelajaran,” katanya. 

Padahal, lanjut Dedi Mulyadi, yang terpenting adalah menyampaikan nilai yang benar-benar mengakar. 

“Dalam pikiran saya, tak apa-apa hanya satu halaman, tapi maknanya tersampaikan dan bisa dihayati,” pungkasnya. 

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

 

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved