Diplomat Arya Daru Tewas di Kosan

Susno Duadji Setuju Polisi Tak Publikasikan Motif di Balik Kematian Diplomat Arya Daru: Tak Etis

Susno Duadji, menerima sikap Polri yang tidak mempublikasikan motif di balik kematian diplomat Arya Daru Pangayunan (39). 

Tangkapan Kompas TV dan Dok Arya Daru Pangayunan
KEMATIAN ARYA DARU - Eks Kabareskrim, Komjen Pol Purn Susno Duadji menerima sikap Polda Metro Jaya yang tak membeberkan motif di balik kematian Arya Daru untuk menjaga perasaan keluarga. (Tangkapan Kompas TV dan Dok Arya Daru Pangayunan). 

TRIBUNJAKARTA.COM - Eks Kabareskrim Polri, Komjen Purn Susno Duadji, menerima sikap Polri yang tidak mempublikasikan motif di balik kematian diplomat Arya Daru Pangayunan (39). 

Susno menilai motif kematian Arya Daru tak etis untuk disampaikan ke publik.

Hal ini juga bertujuan untuk menjaga perasaan dari keluarga besar yang ditinggalkan. 

Menurutnya, motif kematian sang diplomat sebaiknya hanya diketahui sebatas keluarga saja. 

Sebelum menggelar konferensi pers, Polri, sudah menyampaikan hasil penyidikannya di depan pihak keluarga korban, Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), para pakar, dan petinggi Polri.

"Apa WA terakhir kepada istrinya dan kemudian mengapa sampai yang bersangkutan mengambil langkah begitu, itu ada semua."

"Tetapi pada saat disampaikan ke publik, ada bagian-bagian tertentu yang kira-kira tidak etis disampaikan. Mengapa bisa begitu? Ada apa? Isi ada WA yang sangat urgen enggak disampaikan lah. Kalau disampaikan bayangkan kalau itu terjadi pada diri kita (sebagai keluarga korban)?" ujar Susno seperti dikutip dari Nusantara TV yang tayang pada Selasa (29/7/2025) beberapa jam setelah konferensi pers berlangsung. 

Pihak keluarga juga telah diberitahu secara lengkap terkait hasil penyidikan itu.

Akan tetapi, publik dinilainya tak perlu tahu secara detail. 

"Keluarga diberitahu lengkap sehingga dipilih-pilih kalimat untuk disampaikan ke publik. Bukan berarti tidak diungkap semua pada keluarga, semua terang benderang diungkap semua," katanya. 

Susno menilai penyelidikan yang dilakukan tim penyidik Polri demi mengungkap kasus kematian Arya Daru sudah sangat baik dan sesuai dengan jalurnya. 

Pengungkapan kasus tersebut juga didukung tak hanya alat bukti berupa saksi, tetapi juga didukung pendekatan scientific crime investigation berupa alat bukti forensik dan fisik.

"Saya menilai prosedur dan langkah-langkah penyelidikan yang dilakukan oleh penyidik Polri itu menurut saya sudah sangat baik ya, sudah on the track, sudah sesuai ketentuan," pungkasnya. 

Kesimpulan kematian Arya Daru

Polda Metro Jaya secara resmi menyimpulkan bahwa kematian diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) berinisial ADP (39) tidak melibatkan pihak lain dan tidak ditemukan unsur pidana. Kesimpulan ini disampaikan dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Selasa (29/7/2025), berdasarkan hasil penyelidikan komprehensif berbagai pihak, termasuk ahli forensik dan psikolog forensik.

"Indikator dari kematian ADP mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain. Kami belum menemukan adanya peristiwa pidana," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Wira Satya Triputra.

Hasil Autopsi: Mati Lemas, Bukan Kekerasan

Hasil autopsi oleh tim forensik dari RSCM menunjukkan bahwa ADP meninggal karena mati lemas akibat gangguan pertukaran oksigen di saluran napas bagian atas.

Dr. G. Yoga Tohijiwa, Sp.FM, yang memimpin pemeriksaan, menjelaskan temuan memar pada beberapa bagian tubuh ADP seperti kelopak mata kiri, bibir bawah, dan lengan kanan.

Namun, tidak ada indikasi kekerasan.

“Memar tersebut bisa disebabkan oleh aktivitas fisik sebelumnya, termasuk saat memanjat tembok di rooftop gedung Kemlu,” jelasnya.

Pemeriksaan Saksi dan Barang Bukti

Sebanyak 24 saksi diperiksa oleh polisi, termasuk keluarga, rekan kerja, penjaga kos, dan sopir taksi. Selain itu, ada enam saksi ahli yang dilibatkan untuk menjelaskan temuan teknis selama proses penyelidikan.

Dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), polisi menyita sejumlah barang bukti seperti lakban, plastik, pakaian korban, dan obat-obatan.

Sidik jari korban ditemukan pada permukaan lakban yang melilit kepalanya, memperkuat dugaan bahwa tindakan dilakukan sendiri.

Rekaman CCTV Tak Tunjukkan Tindakan Kekerasan

Polisi juga menelusuri rekaman CCTV di 20 titik lokasi termasuk kantor Kemlu, indekos, dan mal Grand Indonesia.

Hasilnya, tidak ditemukan gerakan yang menunjukkan tindakan kekerasan oleh orang lain terhadap korban. Bukti 

Tambahan: Riwayat Email ke Layanan Krisis Emosional

Hasil digital forensik dari Direktorat Siber Polda Metro Jaya mengungkap bahwa ADP sempat mengirim email ke organisasi bantuan krisis emosional antara tahun 2013–2022.

Dalam email tersebut, ADP menuliskan keinginan untuk bunuh diri karena tekanan hidup.

"Penyidik menemukan niatan bunuh diri yang tertulis dalam sembilan segmen email, termasuk pada tahun 2021," ujar Ipda Saji Purwanto.

Riwayat Psikologis: ADP Alami Tekanan Berat

Ketua Umum Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Nathanael E. J. Sumampouw menjelaskan bahwa ADP dikenal sebagai sosok yang bertanggung jawab dan memiliki empati tinggi, namun mengalami hambatan dalam mengekspresikan tekanan emosional.

Ia juga sempat mengakses layanan kesehatan mental secara daring pada 2021.

“Almarhum menekan emosi negatif dan cenderung menutupi beban psikologisnya. Kombinasi tekanan pribadi dan pekerjaan membuatnya sulit menjangkau dukungan profesional,” jelas Nathanael.

Diketahui, diplomat Kemlu berinisial ADP ditemukan tewas di kamar indekosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7/2025).

Saat ditemukan, korban dalam posisi tergeletak di atas kasur. Kepalanya terlilit lakban kuning, sementara tubuhnya tertutup selimut biru.

Dari hasil olah TKP, polisi menyita sejumlah barang bukti, di antaranya gulungan lakban, kantong plastik, dompet, bantal, sarung celana, dan pakaian milik korban.

Selain itu, turut ditemukan obat sakit kepala dan obat lambung.

Penyidik juga menemukan sidik jari ADP pada permukaan lakban yang melilit kepalanya. (Kompas.com/TribunJakarta).

 

Disclaimer

Berita di atas tidak bertujuan menginspirasi siapapun melakukan tindakan serupa.

Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.

Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup.

Anda tidak sendiri. Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.

Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini: 


https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved