Bom yang meledak tersebut adalah senjata tuan yang memakan nyawa Anton Febrianto, istri dan anak keduanya, yakni Puspitasari dan AR.
Kapolda Jawa Timur Irjen Mahfud Arifin mengatakan keluarga Anton akan bertindak seperti keluarga Dita Supriyanto, otak bom bunuh diri yang mengajak istri dan keempat anaknya meledakkan bom di tiga gereja di Surabaya pada Minggu pagi.
Berselang beberapa jam kemudian bom kembali meledak, lokasinya tepat di depan pintu gerbang Polrestabes Surabaya.
Pelaku bom bunuh diri di Polrestabes Surabaya melibatkan satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan tiga anaknya. Semuanya tewas kecuali anak ketiga.
Para pelaku menurut kepolisian adalah satu keluarga terdiri dari suami istri bernama Tri Murtiono (50) dan Tri Ernawanti (43), dan ketiga anak mereka yakni Daffa (18), Dery (14), dan Aisyah (8).
Satu keluarga ini masuk ke dalam Polrestabes Surabaya berboncengan dengan dua motor.
Baca: Jelang Ramadan, Pemkot Jakarta Timur Buka Bazar Unggulan PIK dan OK OCE
Tak lama motor mereka diberhentikan petugas kepolisian yang berjaga di depan pos pintu masuk, bom meledak dan menewaskan Tri Murtiono, Tri Ernawanti, Daffa dan Dery.
Usai bom bunuh diri Aisyah sempat berdiri dan diselamatkan oleh Kasat Resnarkoba Polrestabes Surabaya AKBP Roni Faisal Saiful Fatron.
Mantan kombatan Ali Fauzi mengatakan di Indonesia baru pertama kali ini para pelaku teror bom mengajak semua anggota keluarganya.
Namun praktik semacam itu sudah biasa dilakukan para teroris di luar negeri seperti Suriah dan Irak.
"Di Indonesia memang baru pertama kali ini. Kalau di Suriah dan Irak sudah biasa," ungkap Ali kepada Surya.
Pelibatan seluruh anggota keluarga sudah biasa, contohnya dari Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, tiga saudara sekaligus adik, kakak, bahkan keponakan dan sepupu pernah terlibat dalam jaringan teroris.
"Tidak aneh lagi," ungkap dia.
Baca: Beginilah Kondisi Terkini Polisi yang Adang Bomber Bunuh Diri di Polrestabes Surabaya
Pola yang terjadi dengan melibatkan anggota keluarga memang mengadopsi praktik-praktik teror di luar negeri.
Para pelaku menganggap dengan aksi bersama dengan mengajak semua anggota keluarga ganjarannya surga.