Kecewa Besar Hingga Tersinggung dengan Ratna Sarumpaet, Sudjiwo Tedjo: Dia Anggap Remeh Kesenian

Penulis: Kurniawati Hasjanah
Editor: Kurniawati Hasjanah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sudjiwo Tedjo dan Ratna Sarumpaet

TRIBUNJAKARTA.COM - Sosok budayawan Sudjiwo Tedjo mengungkapkan perasaaan kecewanya ditinggal Ratna Sarumpaet di dunia kesenian.

Dilansir TribunJakarta.com dari Wikipedia, Ratna sempat mengeyam pendidikan di Fakultas Teknik Arsitektur dan Fakultas Hukum UI.

Ia memilih bidang kesenian sebagai alat perjuangannya.

Keberpihakannya pada orang-orang kecil dan marginal menjadi tema setiap karya yang dilahirkannya yang mengupas secara terbuka masalah-masalah kemanusiaan, kebenaran dan keadilan serta mempertanyakannya secara frontal ke hadapan pemerintah.

Dalam lima belas tahun terakhir, di tengah kesibukannya sebagai aktivis HAM dan kemanusiaan, Ratna telah menghasilkan sembilan naskah drama, yang membuatnya dikenal dalam bidangnya.

Seluruh naskah itu ditulis untuk memprotes adanya tindak ketidakadilan dalam pemerintahan yang cenderung menindas kaum kecil dan kelompok minoritas.

Semua naskah diatas disutradarainya sendiri dan dipentaskan kelompok drama Satu Merah Panggung, yang didirikannya 1974.

Baca: Terkuak! Ini Alasan Kamu Harus Hapus Foto Mantan

Ia juga dikenal sebagai tokoh dunia perfilman Asia Pasifik usai memperkenalkan film pertamanya yang berjudul “Jamila dan Sang Presiden” tahun 2008.

Film bertema perdagangan anak manusia itu menjadi buah bibir dan memenangkan penghargaan di berbagai festival internasional.

Kini dirinya meninggalkan dunia kesenian dan mulai merambah ke dunia politik.

Adanya hal itu membuat rekan sesama di dunia kesenian, Sudjiwo Tejo mengungkapkan kekecewaannya.

Dikutip TribunJakarta.com dari video YouTube Channel Metro TV News, Sudjiwo menyatakan dirinya dari tadi diam karena keduanya merupakan teman.

"Kita percaya banget kesenian, dia sutradara satu merah panggung sampai akhirnya monolog Marsinah," paparnya.

"Aku tersinggung kok aku di kesenian ditinggali, seolah-olah dia tak percaya dengan kesenian lagi. Dia remehkan dunia kesenian," lanjutnya.

Menurutnya, apabila ingin bergerak di dunia politik harus memiliki basis data yang kuat sementara di bidang kesenian menggunakan hati.

Halaman
123

Berita Terkini