TRIBUNJAKARTA.COM, DEPOK - Sederet fakta mengungkap kematian Bripka Matheos De Haan, anggota Polsek Pancoran Mas BKO Densus 88 Antiteror Polda Metro Jaya.
Bripka Matheos ditemukan penjaga makam Tempat Pemakaman Umum Mutiara, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat pada Senin (31/12/2018) sebelum azan Magrib.
Sehari setelah kematiannya, Bripka Matheos dimakamkan di TPU Palsigunung, Cimanggis, Depok.
Kepala Operasional Rumah Sakit Polri Kombes Edi Purnomo mengatakan hasil autopsi menunjukkan Bripka Matheos tewas akibat luka tembak di kepala.
"Lukanya hanya satu saja," kata Edi sambil menjelaskan luka tembak dari sisi kanan sampai tembus sisi kiri kepalanya.
Tiga hari setelah kematiannya, fakta baru terungkap dan satu misteri yang belum terpecahkan.
Misteri selongsong peluru
Sekitar tujuh anggota Puslabfor Polri menyambangi TPU Mutiara pada Kamis (3/1/2019).
Mereka menyisir lahan sekitar guna mencari selongsong peluru yang menembus kepala almarhum Bripka Matheos.
Karopenmas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan proses pencarian selongsong peluru ditangani Polda Metro Jaya.
Kasubdit Senjata Api Puslabfor Polri, Kompol Arif Sumirat, yang sebelumnya terlibat uji balistik peluru di Gedung DPR, berada di lokasi.
Pencarian selongsong peluru tersebut merupakan upaya lanjutan setelah anjing pelacak Unit K-9 gagal setelah berjam-jam menyisir lokasi.
Saat jasad Bripka Matheos ditemukan, pistol Sig Sauer, sepeda motor, ponsel, dan identitas Bripka Matheos ditemukan di lokasi.
Tim Puslabfor sempat merekonstruksi dan mensimulasi saat Syafi'i (50) penjaga makam menemukan jasad Bripka Matheos.
Kepala Bidang Balistik Metalurgi Forensik Puslabfor Polri Kombes Ulung Kanjaya mengatakan proyektil dan selongsong peluru pistol tak ditemukan karena kemungkinan besar terpental setelah meletus.