"Bisa saja karena proyektil dan selongsong mungkin terpental ke mana begitu. Kemarin sudah dicari tapi enggak ketemu," kata Ulung saat dihubungi, Jumat (4/1/2019).
Ulung menuturkan proyektil dan selongsong dapat terpental sejauh lima meter tergantung posisi.
"Semua senjata otomatis kalau habis nembak itu terpental. Kalau revoler kan habis nembak dia masih ada di silindernya. Kalau pistol itu mental. Mentalnya itu bisa tiga meter, lima meter. Tergantung posisi dia saat itu," ujar dia.
Proyektil dan selongsong peluru sulit ditemukan bisa jadi karena banyaknya warga dan jumlah personel polisi di lokasi berpotensi menginjaknya.
"Mungkin ada yang nginjek atau gimana makanya bisa hilang. Saat mental itu polisi yang olah TKP sudah lama datang, tahunya ada orang duluan datang ke situ kan enggak tahu," tutur Ulung.
Tim Penjinak Bom Gegana ikut menyisir lokasi menggunakan detektor tapi tak berhasil menemukan proyektil dan selongsong peluru.
Pistol tertindih badan kiri
Kapolresta Depok Kombes Didik Sugiarto mengatakan pistol Bripka Matheos merek Sig Sauer tergeletak di sisi kiri jasadnya saat ditemukan di TPU Mutiara.
"Posisi senjata api saat ditemukan ada di kiri, di sebelah kiri jasad," kata Didik.
Didik merinci arah linatasan peluru dari kening kanan menembus kening kiri.
Soal kronologis, Polri belum dapat memastikan bagaimana Bripka Matheos tiba di lokasi dan untuk maksud apa.
"Akan kita sampaikan setelah semua hasil Puslabfor sudah selesai kemudian hasil autopsi sudah selesai nanti akan kami sampaikan," tutur dia.
Periksa 13 saksi
Sebanyak 13 saksi telah diperiksa penyidik gabungan Polda Metro Jaya dan Polresta Depok guna mengungkap alasan Bripka Matheos mendatangi TPU Mutiara.
Keterangan 13 saksi, sejumlah CCTV, hasil penyisiran proyektil dan selongsong peluru pistol almarhum itu bakal melengkapi autopsi tim Forensik RS Polri Kramat.