Lanjutnya, belum sempat makan, dirinya langsung ke Rumah Sakit Auri untuk melihat anaknya.
"Saat di Rumah Sakit Auri, Fanly sudah tidak merespons panggilan saya, selanjutnya dirujuk ke Rumah Sakit Malalayang, namun anak saya sudah meninggal di perjalanan menuju rumah sakit," jelasnya.
Dikatakannya juga, setelah dicek, anaknya bukan kecelakaan.
Ternyata pingsan di sekolah karena disuruh lari memutari lapangan sekolah.
"Menurut beberapa temannya, Fanly diberi ganjaran karena terlambat ke sekolah, sehingga disuruh berdiri di panas (di bawah terik sinar matahari)," bebernya.
Tambahnya, karena sudah panas anaknya sempat mengeluh kepada guru yang memberi dia pengajaran, namun korban bersama beberapa temannya yang ikut terlambat disuruh lari memutari halaman sekolah.
"Saya mendapat informasi, saat lari diputaran ke empat, anak saya pingsan dan jatuh ke tanah dan langsung dibawa ke rumah sakit oleh mereka," katanya.
Lanjutnya, sebagai orang tua korban, mereka keberatan dengan perbuatan oknum guru berinisial CS (58) terhadap anak mereka.
"Akan di auotopsi dan kami akan proses lanjut kasus ini, karena anak kami tidak pernah sakit, apalagi masuk rumah sakit tidak pernah, jadi anak kami ini tidak ada riwayat sakit, namun prilaku oknum guru ini patut diproses hukum," tegas ayah korban.
Katanya juga, keseharian korban di rumah kalau pulang sekolah dia bermain dengan teman-temannya.
"Hanya pagi hari anak saya ini menimba air untuk dia pakai mandi. Dia anak ke dua dari dua kakak beradik," ungkap Joni sambil meneteskan air mata.
Ayah korban dibawa oleh Kapolsek Mapanget AKP Muhlis Suhani, dengan menggunakan mobil untuk pergi membuat laporan resmi di Mapolsek Mapanget.
"Kalau kasus ini akan diproses lanjut, kami siap menerima laporan dari keluarga korban," tegas Kapolsek.
Dikatakannya juga, tentunya dirinya turut berduka cita atas meninggalnya siswa SMP ini.
"Jenazah korban sementara dilakukan autopsi di rumah sakit Bhayangkara Karombasan," ujar Kapolsek yang dikenal cepat merespons laporan dari masyarakat ini.
Kepala SMP Kristen 46 Mapanget Barat Selmi Ramber Spd memberikan penjelasan atas meninggalnya siswa bernama Fanly Lahingide (Kolase/ Tribun Manado / Jufry Mantak)
7. Penjelasan Kepala SMP Kristen 46
Kepala SMP Kristen 46 Mapanget Barat Selmi Ramber Spd memberikan penjelasan atas meninggalnya siswa bernama Fanly Lahingide (14) Warga Perumahan Tamara, Kelurahan Mapanget Barat, Lingkungan VIII, Kecamatan Mapanget, Kota Manado, Sulawesi Utara.
Seperti diberitakan Fanly Lahingade meninggal setelah mendapat ganjaran lari memutari lapangsan sekolah.
"Setiap siswa ketika terlambat ada sanksi. Jadi pada pagi tadi Fanly terlambat ke sekolah, dan diberi sanksi oleh oknum guru," ujar Kepala Sekolah kepada tribunmanado.co.id, Selasa (1/10/2019) tadi saat ditemui di RSUP Kandou Manado.
Lanjutnya, namun belum satu putaran, siswa ini sudah jatuh dan dibawa ke rumah sakit.
"Bukan hanya Fanly sendiri yang diberi sanksi, ada beberapa siswa lain juga yang diberi sanksi oleh oknum guru karena terlambat datang ke sekolah," jelas Ramber.
Diketahui, Fanly meninggal dunia dalam perjalanan menuju ke rumah sakit, setelah dirinya berlari memutari lapangan sekolah yang kurang lebih besarnya sekitar 15x8 meter.
Jenazah korban sempat dibawa ke ruang pemulasaran RSUP Kandou Manado, setelah itu dibawa ke ruang jenazah rumah sakit Bhayangkara untuk di autopsi.
Kapolsek Mapanget AKP Muhlis Suhani, kepada tribunma ado.co.id mengatakan, jadi peristiwa ini terjadi Selasa (1/10/2019) pagi tadi, di halaman SMP Kristen 46 Mapanget Barat.
"Saya mendapat informasi dari masyarakat bahwa ada kasus di Mapanget Barat. Saat saya ke lokasi yang dimaksud, benar ada siswa yang meninggal dunia setelah diberi ganjaran oleh oknum guru," jelas Kapolsek.
• Lestari Moerdijat: Satu-satunya Wanita dari 10 Pimpinan MPR RI, Begini Pujian Surya Paloh
• Daftar Harga Terbaru HP Samsung: Mulai Rp 2,2 Juta
• Adegan Mesum Pelajar SMK di Tuban Viral di Medsos: Terungkap Karena Kaus Kaki, Ini Respons Polisi
Lanjutnya, orang tua korban sudah membuat laporan di Mapolsek, dan jenazah korban sendiri akan dilakukan otopsi di rumah sakit Bhayangkara Karombasan, Kota Manado, Sulut.
"Untuk oknum guru yang memberikan ganjaran kepada korban saat ini lagi drop di rumah sakit," kata Kapolsek.
Tambahnya, jadi anggotanya sudah menemui oknum guru perempuan berinisial CS (58) di Rumah Sakit Auri.
"Oknum guru diduga syok dan saat ini masih dirawat di rumah sakit, belum bisa diambil keterangan," ucap Kapolsek.
(Tribunmanado.co.id/Indri Fransiska Panoigoro/Juf)
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Mengungkap 7 Fakta Siswa SMP Meninggal saat Dihukum Guru, Disetrap Berdiri hingga Lari Keliling