Food Story

Kisah Kedai Sate Jaya Agung Lamongan di Menteng, Punya Banyak Julukan, Hingga Langganan Pejabat

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana tampak depan kedai Sate Kambing Jaya Agung Lamongan di Jalan Wahid Hasyim No. 56 C Sabang, Jakarta Pusat pada Rabu (22/7/2020).

Ia membeli kios di tepi jalan Wahid Hasyim, tepatnya di perempatan antara Jalan H Agus Salim atau dikenal dengan Jalan Sabang dan Wahid Hasyim.

Tahun 1975, Djali sudah memiliki kedai sate sendiri di sana.

"Tahun 75 an karena gedung Jakarta Teater itu dulu ada Kasino, kata bapak saya, Jadi abis main judi, orang mampir makan sate," katanya.

Ketika pindah di tempat barunya, kedai satenya malah mendapatkan banyak julukan.

Mulai dari Sate Sabang, Sate Perempatan, Sate Lampu Merah dan Sate Pojokan. Begitu cerita dari salah satu unggahan keterangan foto di Instagram milik Sate Jaya Agung.

Para pembeli berasal dari berbagai kalangan di antaranya, mulai dari pegawai kantor, pengusaha, hingga pejabat tinggi.

Kini, sate kambing dan gulai kambing yang dijualnya menjadi menu favorit pengunjung. Namanya pun berubah yang semula Soto Ayam Jaya Agung menjadi Sate Jaya Agung Lamongan.

Sate Jaya Agung Kini

Asap sate sudah mengepul di sekitar trotoar jalan saat saya menyambangi kedai sate di kala siang terik yang menyengat pada Rabu (22/7/2020).

Terlihat sejumlah karyawan sibuk mengipasi daging sate untuk segera disajikan.

Seporsi sate kambing menjadi menu yang klop sebagai pemuas lidah kala makan siang.

Sebelum memasuki kedai, pengunjung terlebih dahulu memesan melalui meja kasir.

Di daftar menu tersedia menu sate kambing, sate hati kambing, sate ayam, soto madura, soto ayam, soto madura dan sop kaki sapi.

Menurut Agung, sate kambing dan gulainya merupakan menu yang paling digandrungi pembeli.

Agung menjelaskan daging kambingnya tidak sepenuhnya empuk tapi sedikit kenyal.

Halaman
1234

Berita Terkini