Jendral Taiwan Sebut Negaranya Cuma Bertahan 2 Minggu Jika Perang dengan Cina, Ini Penjelasannya

Editor: Kurniawati Hasjanah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kawasan belanja Ximenting di Taipei, Taiwan, Selasa (19/2/2019).

Ian Easton, penulis buku tentang perang, menyebutkan, dunia mengabaikan ketegangan yang berputar-putar di Selat Taiwan karena risikonya.

"Ini adalah titik nyala yang paling berbahaya, paling tidak stabil, dan paling berpengaruh di planet ini," kata Senior Director Project 2049 Institute, sebuah lembaga think tank yang mengkhususkan diri dalam urusan China-Taiwan, kepada AFP, seperti Channel News Asia lansir.

Apalagi, Presiden China Xi Jinping pernah menggambarkan pengambilalihan Taiwan sebagai "persyaratan tak terelakkan untuk peremajaan besar rakyat China", sebuah proyek yang ingin Beijing selesaikan pada 2049, tepat seratus tahun berdirinya Tiongkok.

Selama perjalanan bulan lalu ke pangkalan militer PLA, Xi mengatakan kepada pasukan untuk "mempersiapkan perang".

James Fanell, mantan direktur intelijen angkatan laut untuk Armada Pasifik AS, yakin China akan pindah ke Taiwan dalam beberapa bentuk dalam 10 tahun ke depan.

"Kenyataannya adalah China selalu punya rencana dan mereka berada di garis waktu," ujarnya, yang kini bergabung dengan Pusat Kebijakan Keamanan  Jenewa, kepada AFP seperti dilansir Channel News Asia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jenderal Taiwan Sebut Negaranya Hanya Bisa Bertahan 2 Minggu jika Perang dengan China" & Kontan dengan judul Selat Taiwan, titik nyala yang paling berbahaya

Berita Terkini