"Kayu gelondongan hasil babat alas (hutan) itu dibawa ke kampung Pangkalan Jati. Di sana diolah menjadi papan, tiang soko guru, balok. Kemudian balik lagi ke sini untuk membangun pendopo atau padepokan dan Giri Kedaton," jelasnya.
Keluarga Pangeran Jagakarsa
Pangeran Jagakarsa memiliki empat anak bernama Raden Mas Mochammad Kahfi bergelar Syeikh Datuk Kahfi, Raden Arya Kemang Yudhanegoro, Raden SukmaJaya dan Raden Panji Sukma.
Anaknya Mochammad Kahfi kini menjadi nama jalan yang membelah permukiman di wilayah Kecamatan Jagakarsa.
Saat menggantikan ayahnya, cerita Tamin, Mochammad Kahfi melakukan pemekaran wilayah Jagakarsa.
Dari kampung berubah menjadi kadipaten.
Namun, saat Kedaton dibakar oleh VOC, Mochammad Kahfi bersama Nyimas RatuJaya (ibunya), Sukma Jaya dan Panji Sukma menyingkir ke daerah selatan di Rawageni.
Kondisi saat ini
Saat ini kondisi makam Pangeran Jagakarsa dijaga oleh Tamin, juru kunci ke-12 makam.
Para pendahulunya sebagian dimakamkan di dekat makam Pangeran Jagakarsa. Sebagian lainnya berada di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Wakaf dekat Kelurahan Jagakarsa.
Para peziarah dari berbagai daerah sering singgah ke Makam Pangeran Jagakarsa. Di area makam itu kerap diadakan sejumlah kegiatan upacara peringatan.
"Upacara tahunan kita tetap bikin. Di Betawi namanya Sedekah Bumi momen untuk menyambut Tahun Baru Hijriyah. Upacara yang kedua untuk acara Maulid Nabi," ungkapnya.
Biasanya, para peziarah yang datang untuk Tabaruk atau mencari berkah dunia dan akhirat.
Namun, tidak bisa sembarang orang bisa melakukan tabaruk di makam itu. Bila para peziarah tidak diajarkan oleh guru, Tamin yang mendampingi mereka berziarah di sana.
Tamin mengetahui riwayat Pangeran Jagakarsa dari sumber Manakib yang dipegangnya dari turun temurun.