Oleh sebab itu, banyak ulama yang datang silih berganti di masjid ini untuk mensyiarkan agama islam.
"Tahun 50-an enggak ada Jakarta Timur adanya Jakarta Selatan Dua. Jadi dulu dibangun dan sederhana aja, seperti Masjid Demak karena ini memang Betawi, Demak dan Banten satu guru," jelasnya.
Baca juga: Cegah Warga Mudik Lebaran, Begini Siasat Pemprov DKI Jakarta: Pos Penyekatan Dijaga Ketat
"Kemungkinan dibangun oleh keturunan atau trah-trah, baik Sultan Banten maupun Cirebon. Sampai tahun 60-an orang dari mana-mana, seperti Cawang, Kayu Manis, Pulogadung salatnya di sini," tandasnya.
(TribunJakarta/Nur Indah Farrah)