Tugas pokok lainnya ialah pengawasan.
Nuy dan para petugas P3S lainnya rutin menggelar razia untuk menjaring para PMKS dan ODMK dari jalanan.
Baca juga: Final El Clasico Indonesia di Piala Menpora, Laga Persija Vs Persib Bakal Dipimpin Wasit FIFA
Usai pengawasan, tugas pengendalian sosial pun berjalan.
Orang-orang jalanan yang terjaring razia kemudian dikirimkan ke panti sosial guna mendapatkan pembinaan keterampilan, agama, sosial, hukum, dan psikologi.
Kemudian, mereka yang telah dibina akan dikembalikan ke lingkungan sosialnya dengan harapan menjalani kehidupan yang lebih baik.
"Pengennya mau melindungi mereka, jangan sampai keluarga mereka, anak-anak mereka ini jadi seperti mereka. Pengennya jadi orang yang sukses," kata Nuy.
Baca juga: Evelyn, Penyelam Wanita di JAQS : Perempuan Itu Tidak Lemah, Perempuan Itu Kuat
Teladani Kartini
Di tengah sulitnya menangani masalah sosial yang ada, Nuy mengaku bangga menjadi petugas P3S perempuan.
Terlebih karena dirinya mampu bertahan melawan kerasnya jalanan selama lima tahun ini.
Apalagi, Nuy dan sejumlah petugas P3S lainnya dipercaya menangani para PMKS dan ODMK tertentu.
"Sebagai perempuan sendiri, kita diterjunkan untuk tugas-tugas tertentu. Misalnya kebanyakan kayak PMKS lansia, terus kayak ODMK gitu, ada yang telanjang bulat, jadi harus dari kitanya, kan nggak mungkin yang P3S cowok," ucap dia.
"Jadi dikhususkan untuk PMKS atau ODMK yang perempuan lah kita ditugaskan di lapangan," sambungnya.
Karenanya, memaknai Hari Kartini, Nuy sedikit banyak meneladani sosok Pahlawan Nasional tersebut.
Nuy melihat Kartini sebagai sosok yang kuat dan tangguh.
"Kalo meneladani ya meneladani. Saya melihatnya sosok Kartini itu tangguh dan kuat," ucap Nuy.