Perihal penyebab pecah ban, Jhony mengatakan belum bisa memastikan karena terdapat banyak faktor di antaranya karena terlalu panas, terkena paku, dan berbagai sebab lain.
Ban tampak serupa vulkanisir karena saat awal pecah ban bus tak langsung berhenti mengganti ban, melainkan berjalan beberapa meter sesuai intruksi anggota Satlantas Polri guna mencegah macet.
"Oleh polisi lalu lintas diminta untuk terus jalan. Karena jangan sampai menimbulkan kemacetan. Lalu berjalan sampai ke karpet merah koridor Transjakarta, di saat itulah ban terkoyak lalu difoto orang dikiranya vulkanisir, padahal bukan," lanjut Jhony.
Jhony mengatakan ban yang pecah saat kejadian pada Kamis (3/6/2021) sudah digunakan sejak tahun 2016 atau dalam masa lima tahun penggunaan yang menurutnya masih laik pakai.
Hanya saja pihaknya membenarkan bila masih ada aspek yang harus dibenahi dari segi pelayanan PT Transjakarta guna menjamin keselamatan dan kenyamanan penumpang, hal ini masih berproses.
"Kalau masalah jabatan itu masalah pemegang saham, kita cuma dapat amanah. Kalau waktunya pergi ya pergi, kalau enggak ya enggak. Jadi itu masalah pemegang saham, tapi kalau ini menjadi kesalahan manajemen, ada sanksi yang mengatur," sambung dia.
Baru setelah mendapat penjelasan massa mengatasnamakan Gerakan Indonesia Muda membubarkan diri, aksi demo ini mendapat penjagaan dari jajaran Polsek dan Koramil Makasar.