Ketika Putra Kepala Suku Asal Papua Mengajar Anak Suku Dayak di Perbatasan: NKRI Harga Mati

Penulis: Elga Hikari Putra
Editor: Yogi Jakarta
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prada Yulian Mandacan, Anggota Satgas Pamtas Yonif Mekanis 643/WNS saat mengajar anak-anak Suku Dayak di perbatasan Indonesia-Malaysia.

Lantaran dirasa keberadaan jembatan begitu penting bagi masyarakat, lanjut Tedi, pihaknya akhirnya membangun jembatan gantung yang dilapisi dengan papan di lokasi bekas banjir bandang kawasan Garut tersebut.

"Alhamdulilah dalam waktu 3 hari jembatan di Sungai Cimanuk ini dapat terbentang dan bisa digunakan masyarakat," ujar Tedi.

Ekspedisi 1000 Jembatan Gantung

Merasa bantuan jembatan gantung yang dibuatnya ternyata sangat bermanfaat bagi masyarakat umum, komunitas ini akhirnya membuat ekspedisi bertajuk 1000 Jembatan Gantung untuk Indonesia.

Baca juga: Kisah Relawan Bangun Jembatan di Pedalaman, Sering Terenyuh Dengar Kesedihan Ibu yang Anaknya Hanyut

Saat ini banyak jembatan gantung di pedalaman Indonesia yang telah dibangun oleh komunitas ini.

Adapun dana pembangunan jembatan ini merupakan partisipasi dari banyak pihak, tentunya tak menggunakan anggaran dari pemerintah.

Sedangkan untuk pembangunan jembatan gantung tersebut paling cepat 5 hari dan paling lama 15 hari tergantung tingkat kesulitan dan kontur medan yang ada di daerah tersebut.

Sementara itu, yang membuat Tedi terenyuh adalah tak sedikit dia mendengar cerita dari seorang warga yang harus kehilangan anggota keluarganya karena tak adanya jembatan di wilayah tempat tinggalnya.

"Ketika datang di satu tempat, saya pernah mendengar ibu bercerita bahwa anaknya berangkat sekolah dan tak pernah kembali agi.

Sekian hari ditemukan di sungai, ternyata anak ini jatuh dan hanyut ketika menyeberang," ujar Tedi.

Berita Terkini