Pembelajaran Tatap Muka

Belajar di Sekolah: Anak-anak Antusias, Orangtua Murid Menjerit Soal Keuangan hingga Tunggak SPP

Penulis: Pebby Ade Liana
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SMKS 17 Agustus 1945 2 Jakarta adalah salah satu sekolah yang sudah menggelar tatap muka secara terbatas pada Senin 30 Agustus 2021 hari ini.  

Salah satunya, melalui program Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang bisa dipergunakan untuk keperluan sekolah.

Baca juga: Kasudin Pendidikan Wilayah I Jakarta Timur: Ada 94 Sekolah di 5 Kecamatan Gelar Belajar Tatap Muka

Namun harus diakui, kata Winarno program ini tidak menyasar kepada 100 persen anak didiknya.

Terlebih, ada beberapa anak yang berasal dari luar DKI Jakarta dan tidak memiliki KJP.

"Kalau warga DKI, alhamdulillah masih kebantu. Yang kasihan yang dari luar DKI. (Siswa) yang dari luar DKI ada. Memang gak banyak sih, tapi ada," imbuhnya.

"Ya mungkin kita harus lebih semangat lagi. 1,5 tahun ini kan cukup lama. Ekonomi lagi susah. Jadi banyak orangtua ini, kalau dulu ada angkot, sekarang anak-anak harus naik ojek. Kalau PP (pulang-pergi) agak mahal. Ada beberapa orangtua yang mengeluhkan sering-sering tatap muka dengan kondisi pendapatan mereka ini," tuturnya.

Sejumlah keluhan seringkali dilontarkan oleh pihak orangtua murid selama pandemi Covid-19.

Hal ini, yang kemudian menjadi perhatian khusus bagi pihak sekolah di SMKS 17 Agustus 2 Jakarta.

Selain memberikan toleransi, Winarno menyebut, pihaknya juga telah memfasilitasi siswa yang terkendala dalam pelaksaan pembelajaran jarak jauh.

Baca juga: Satgas Covid-19 Awasi Penerapan Prokes Pada 201 Sekolah di Jakarta Timur yang Gelar PTM

"Sekolah mengadakan HP, Jadi istilahnya kami pinjamkan. Tapi juga gak banyak. Kemarin yang mengajukan ada 10 siswa. Tapi tertangani 9 orang, dan yang tidak ada 1 orang. Akhirnya kita belikan 1 dengan sistem pinjam. Karena kalau dia mau bayar berat. Nanti kalau sudah selesai PJJ, dikembalikan sebagai inventaris sekolah," kata Winarno.

"Memang kondisi ekonomi lagi seperti ini, sekolah paham. Oleh karena itu saya juga tekankan ke guru ngajarnya jangan terlalu berat. Gak usah sampai keluarkan biaya-biaya. Kalau bisa, saya minta ke diskusi aja. Bagaimana kreatifitas muncul. Kalaupun harus ada prakarya, usahakan dari daur ulang saja yang gak ada biaya," ujarnya. (*)

Berita Terkini